Jumat, 28 Oktober 2011

Derma Korea

Catatan: Irwansyah Amunu

ADA yang berbeda dengan peringatan HUT Kota Baubau ke-470 kali ini. Kendati nuansa klasik Kontemporer semakin terasa, namun citarasa nasional dan global pun tak bisa dielakkan.

Soalnya, dalam peringatan Dirgahayu kali ini tidak hanya dirayakan warga Metro, tapi juga disemarakkan dengan kehadiran Tim Kesenian Korea.

Nuansa tersebut sudah diperlihatkan beberapa hari terakhir. Puncaknya akan dipertontonkan dalam kolaborasi seni pada malam Ramah Tamah HUT yang akan dirangkaikan dengan penutupan Baubau Expo, di Kotamara, Senin malam (17/10) nanti.

Penampilan Tim Kesenian Korea, menjadi catatan tersendiri bagi kota yang memiliki benteng terluas di dunia ini.

Ya, inilah dampak dari kerjasama yang dijalin Pemkot dengan Negeri Gingseng tersebut. Apalagi sebelumnya sudah banyak bantuan yang diberikan Korea. Ya, derma Korea.

Paling mutakhir misalnya, kedatangan Deputi Pertanian Korea, Kang Sang Jo. Pejabat eselon I setingkat menteri tersebut bersama seorang guru besar Korea ke Baubau membawa buku panduan pertanian untuk petani di Sorawolio. Buku tiga bahasa --Ciacia, Indonesia, dan Korea-- tersebut mengambil sampel kondisi geografis lahan agraris Sorawolio.

Soal ini, saya bersyukur ketika diundang Walikota Amirul Tamim untuk menghadiri acara peluncuran buku tersebut. Saya bisa mengetahui apa sebenarnya gagasan besar di balik kerjasama tersebut yang bisa dipetik Pemkot dalam bidang pertanian.

Pemikiran pertama, Baubau berada di pulau, sehingga perlu dukungan logistik. Pengalaman buruk di Nias yang sempat mengalami krisis pangan. Maka itu, logistik lokal, pertanian harus kuat.

Kedua, mencermati potensi Baubau, masyarakatnya memiliki keterampilan menanam padi ladang. Realitanya, dalam setahun petani menanam padi, hasilnya sampai dua kali panen. Produksinya bisa ditingkatkan pada saatnya nanti menjadi 12 ton per tahun.

Rupanya peningkatan produktivitas pertanian bukan satu-satunya kata kunci dari kerjasama ini. Kata Amirul, perlu segera dilakukan upaya yang bisa memberikan niai tambah bagi daerah namun dengan mengoptimalkan potensi tertentu yang khas.

Lagipula Korea dalam setahun, tetap sekali panen. Tapi sukses melakukan diversifikasi pertanian, diselingi tanaman lain, sehingga produktifitas lahannya tinggi.

Hal lain, dengan teknologi, Korea mampu menciptakan varietas unggul. Misalnya beras untuk orang bertubuh gemuk, orang pendek supaya tinggi, wanita agar kandungannya bagus, dan beras bagi penderita penyakit gula.

Amirul menandaskan, Pemkot perlu menuju ke sana. Agar dengan lahan yang sempit, bisa memenuhi pasar Baubau, regional, nasional, bahkan internasional.

Memang, kalau sekadar kenyang, makanan tradisional jenis kaowi-owi (ubi rebus) atau kapusu (jagung rebus) sudah cukup. Tapi bukan itu tujuan.

Berkaitan dengan ini saya teringat tahun 2006 silam ketika bersama-sama dengan 34 mahasiswa pascasarjana Unhas Program Studi Perencanaan Pengembangan Wilayah (PPW) dari pegawai Pemkot yang Kuliah Kerja Lapangan (KKL) di Singapura. Ketika berada di Nasional University of Singapore (NUS), salah seorang dosennya yang berkewarganegaraan Indonesia, Prof Johanes Widodo mengatakan untuk memiliki daya saing global, Singapura mengembangkan Informasi Teknologi (IT) jenis mikro chip. Singapura tidak mungkin mengembangkan IT jenis multimedia karena akan kalah bersaing dengan negara yang lebih awal dan lebih maju seperti Jepang atau negara di benua Eropa lainnya.

Langkah tersebut tepat. Terbukti, salah satu sekuel film animasi terlaris di dunia yang kerap kali memuncaki Box Office, Lord of The Ring dibuat di Singapura menggunakan teknologi itu. Kenapa pilihan jatuh ke Singapura? Karena negara ini termasuk memiliki kecanggihan dalam bidang mikro chip tadi.

Jadi, ada yang khas. Itulah yang dikembangkan dan diperkuat.

Terkait kerjasama Pemkot dengan Korea, bila dimanfaatkan secara maksimal sesuai dengan arah yang hendak dituju Amirul, relefan dengan langkah Singapura. Atau negara lainnya di dunia. Atau daerah lainnya di Indonesia. Seperti Gorontalo, walau tergolong provinsi muda di Indonesia, hanya dengan memaksimalkan produksi jagung, namun hasilnya sudah sampai di ekspor ke luar negeri.

Jadi, gagasan besar tadi kalau digarap secara maksimal dengan grand design (perencanaan) disertai dengan road map (peta jalan) yang tepat, bukanlah hal mustahil untuk diwujudkan.

Secara imajiner, tangga untuk menuju ke sana sudah dibuat. Pertama, walikota, Kadis Pertanian, dan petani Sorawolio sudah pernah studi banding di Korea. Kedua, buku panduan pertanian hasil penelitian lahan Sorawolio sudah diterbitkan. Ketiga, SMK 5 Pertanian sudah mulai mendidik SDM. Tinggal membuat anak tangga selanjutnya untuk mencapai hasil yang ingin dipetik nanti.

Lagipula Korea sudah membuktikan dengan beberapa kali kunjungan ke Baubau untuk memberikan sejumlah bantuan. Sebaliknya pihak Pemkot pun sudah beberapa kali ke Korea untuk menimba ilmu.

Intinya, derma Korea ini, rugi kalau tidak dimanfaatkan secara maksimal. Kita tidak ingin kerjasama yang dijalin sejak di penghujung 2008 lalu ini hanya bergerak di ruang hampa atau cuma sebatas budaya dan  bahasa. Tapi harus memberikan nilai tambah lebih bagi daerah.(one.radarbuton@gmail.com)

Teguhkan Jati Diri, O Siy Mo Baubau

TAK terasa, Senin (17/10) Baubau merayakan hari jadi ke-470. Banyak hal yang sudah dicapai Pemkot ketika daerah ini memasuki usia ke-10 tahun sebagai daerah otonom. Berikut ini wawancara Redaktur Pelaksana Radar Buton, Irwansyah Amunu kepada Walikota Amirul Tamim terkait kiatnya membangun Kota Semerbak. Termasuk disinggung soal suksesi kepemimpinan di Baubau dan Sultra dalam waktu dekat, dia pun buka-bukaan. Berikut kutipannya.

Apa yang bisa dipetik dalam pelaksanaan HUT Kota Baubau ke-470 kali ini?

Tahun 2011, 17 Oktober momentum menjadikan Baubau sebagai kota yang dapat melihat jati dirinya. Dalam perjalanan sejarah kekotaan, kita sudah sepakat bersama Kota Baubau sejarahnya diawali dengan penetapan Sultan Murhum sebagai raja terakhir dan Sultan Pertama Kesultanan Buton, itulah awal berpijaknya sejarah Kota Baubau. Berarti pada 2011 ini usianya ke-470. Dan sebagai daerah otonom, berusia ke-10.
Dalam sistem perencanaan kota berada pada tahapan pembangunan jangka menengah kedua. Tahapan ke-3, ke-4, dari tahapan pembangunan jangka menengah kedua. Dalam sistem, masuk pada tahap pemantapan dari rencana pembangunan jangka menengah kedua. Berarti tahun ini Baubau bisa menyatakan diri sebagai kota yang bisa berbicara. Olehnya itu kita mengangkat suatu tema: Inilah Baubau, O Siy Mo Baubau. Tentu mengangkat O Siy Mo Baubau, harus jujur melihat.  Sudah banyak yang dicapai, namun masih banyak yang perlu dibenahi, bakal dicapai pada masa mendatang. Dari kondisi O Siy Mo Baubau, kita sudah bisa mengatakan: Inilah Baubau, O Siy Mo Baubau. Mari datang ke Baubau dan Baubau sudah siap menampung berbagai aktivitas.

Perjalanan panjang Baubau, bapak yang meletakkan pondasinya. Satu dekade ini, hal strategis apa yang dicapai?

Memang kalau kita lihat, dalam usia panjangnya kota ini, dan juga belajar dari pengalaman kota-kota lain, perlu dicatat ada kota atau daerah yang dalam sejarahnya pernah eksis tapi kekiniannya, hilang. Juga ada kota tidak pernah dalam sejarahnya ada atau tumbuh dengan baik, tapi dalam kekinian kota itu sudah maju dan berkembang pesat.
Baubau mungkin ada diantara dua karakter seperti itu, kalau menengok sejarah Baubau dan coba merekam, sebenarnya Baubau di kawasan Timur Indonesia, paling maju selain Makassar. Jadi, selain Makassar, sebenarnya Baubau. Baubau tidak kalah dengan kota-kota lainnya termasuk yang kini jadi ibukota seperti Ambon. Itu kita bicara Baubau sekian puluh tahun lalu. Tapi bicara Baubau pasca-Indonesia merdeka, tahun 60-an masih ok. Tapi di era 80-an, mulai mengalami degradasi, sampai beberapa tahun didahului kota-kota lain, kota lain, tumbuh, maju pesat. Sehingga tahun 2001 menjadi daerah otonom, dalam perkembangan, saya melihat sampai tahun 2003 Baubau sudah dikalahkan beberapa kota-kota yang jauh sebelumnya di bawah Kota Baubau.
Tapi, kita coba mengangkat kembali. Baubau punya potensi, keunggulan, dan kesempatan untuk maju. Maka itu pada 2003 diletakkan sebagai pondasi. Baubau dipilih sebagi Pintu Gerbang Ekonomi dan Pariwisarta di Sultra. Sangat beralasan. Posisinya strategis, pelabuhan lautnya walaupun awalnya begitu, tapi punya potensi untuk dikembangkan.
Kita sudah punya Lapangan Terbang tapi tidak didarati pesawat. Ruang Baubau cukup luas, walaupun terbangun waktu itu hanya Wolio dan sekitarnya. Tapi dari potensi luas wilayahnya lebih besar dari Makassar dan beberapa kota lainnya di Nusantara.
Kita punya topografi yang menjanjikan sebagai hunian yang bagus, bibir pantai pesisirnya 42 KM yang bisa dibagi sebagai bibir pantai mempunyai fungsi  bisa dikapling, baik untuk kawasan pelabuhan, budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
Kita punya karakter kota bisa sebagai daerah terbangun dengan penyangga, pertanian dengan Bungi dan Sorawolio. Daerah belakang yang potensi sumber daya alam cukup memadai. Punya kekuatan tersendiri, Baubau kita angkat.
Kemudian, beberapa peninggalan sejarah menjadi ikon kota, memiliki benteng yang tercatat sebagai Benteng terluas di dunia, ikon kota dengan nilai jual tersendiri.
Dalam perkembangannya, dari sisi titik singgung layanan, di kawasan Timur, Baubau mengambil peran sebagai titik layanan, karena titik singgung terdekat dengan semua jaringan wilayah di kawasan Timur Indonesia. Sehingga Baubau harus dikemas. Maka itu, tahap pertama, dipilih sebagai pintu gerbang ekonomi.
Tahap kedua dipilih visi: Kota Budaya yang Produktif, karena kita telah melakukan revitalisasi potensi-potensi budaya dimulai tahun 2003. Kemudian dikembangkan potensi budaya ini sebagai kekuatan dan kebanggaan masyarakat dengan mendeklarasikan benteng kita terluas di dunia. Menjadi penyelenggara Simposium Pernaskahan Internasional, lalu bekerjasana dengan pihak luar, Korea.
Lalu menarik pakar-pakar ahli budaya untuk mengangkat sejarah budaya kita. Itu sudah sudah diwujudkan semua.
Nah, sekarang, keragaman potensi yang dimiliki, Baubau sudah memperlihatkan jati dirinya. Pertama, Baubau sudah menjadi pintu keluar masuk kawasan sekitarnya, karena sudah memperkuat inftarsruktur. Dari sisi darat, diperkuat aksesnya keluar, dari Baubau lewat ke Kapontori dan selanjutnya, dari Baubau langsung ke Pasarwajo dan selanjutnya, dari Baubau lewat Batauga dan selanjutnya.
Dari sisi lautnya, dari Baubau ke penjuru Nusantara dengan kapal laut angkutan barang dan orang. Laut menghubungkan wilayah garis depan yang ada disekitarnya dengan penguatan pelabuhan rakyat.
Dari sisi darat memperkuat frekwensi kapal fery yang memberikan layanan sampai ke daratan Sulawesi. Kemudian sementara mempersiapkan menyambung Pulau Muna-Buton langkah-langkah itu disiapkan. Sehingga Baubau dari sisi darat dan laut sudah diperkuat.
Sekarang diperkuat lagi sisi udara, sehingga orang dari Baubau, dengan hanya berganti pesawat sudah bisa sampai ke negara mana pun pada satu perjalanan sekaligus. Pagi ini berangkat dari Baubau, insya Allah besok pagi sudah sampai ke negara tujuan yang dikehendaki. Demikian pula sebaliknya, dari negara-negara di luar, mau ke Baubau dengan tidak berganti pakaian sudah sampai di Baubau.
Inilah artinya, kita sudah membawa Baubau seperti itu. Kondisi ini memberikan ruang dan peluang masyarakat Baubau mengambil momentum dan peluang. Dengan sendirinya aset-aset masyarakat berupa tanah yang tadinya tidak memiliki nilai ekonomis, dengan pengembangan infrastrktur kota, sehingga kawasan-kawasan kota terbangun bukan hanya disekitar Wolio. Tapi dari batas Baubau dekat Kapontori, batas Baubau dengan Batauga, batas Baubau dengan wilayah Kabupaten Buton, sekarang tumbuh sebagai kawasan terbangun atau termanfaatkan.

Apa tidak salah kita sebut Baubau beraada pada masa keemasan kedua?

Mungkin bisa juga disebut demikian. Yang jelas, kita sudah masuk pada tahapan Baubau menjadi bagian pada titik wilayah di Nusantara yang mempunyai keunggulan-keunggulan tersendiri. Sehingga dengan itu, bagi beberapa kalangan menjadi peluang emas, bagaimana memanfaatkan peluang-peluang ini.
Bagi masyarakat yang punya nilai tanah yang besar, akhirnya mempunyai nilai ekonomi yang besar. Yang belum disentuh jalan, sekarang dilintasi jalan. Mereka membuat aktivitas bernuasa ekonomi diaset-aset yang mereka kuasai. Bagaimana ruang-ruang publik yang dibuka, menyerap peluang kerja yang besar, menghidupkan bukan hanya puluhan orang, ratusan orang tapi ribuan orang karena ruang yang dibuka menyebar peluang aktivitas bernuansa ekonomi. Mulai dari pedagang-pedagang kecil, kacang goreng, permen, sampai dagang-dagang yang lebih besar, jual beli sepeda motor, mobil. Mungkin juga bangunan dimanfaatkan dunia perbankan, untuk menjalin komunikasi dengan para nasabah sehingga ada perputaran ekonomi yang begitu besar.
Kemudian adanya nuansa persaudaraan, rasa kebersamaan, sehingga nuansa konflik semakin minim, semakin kecil. Itu kan membuat energi positif bagi pembangunan Kota Baubau, ini semua tidak lepas bagaimana menyiasati Baubau yang tadinya hanya terbatas Wolio, sekarang sudah tersebar diseluruh wilayah.

Dalam perjalanan panjang pembangunan Baubau, mimpi apa yang belum bapak wujudkan?

Jadi, kota harus menjadi tempat hunian yang nyaman, damai, dan menjanjikan. Olehnya itu, dengan potensi Baubau sebagai suatu kota yang dikarunia Tuhan dengan posisinya strategis, topografinya, yang tadinya orang hanya melihat Baubau hanya terbatas di segelintir titik disekitar Wale. Tapi sebenarnya karunia Tuhan dengan topografi yang tadinya dipandang sebagai daerah gersang, bebatuan, tandus, padang rumput. Namun sebenarnya menyimpan potensi untuk menjadi kota hunian yang nyaman dan damai. Ini bisa kita wujudkan dan itulah impian kita semua.
Saya, bagaimana mewujudkan Baubau sebagai kota hunian yang nyaman, kita tata kota dengan topografi yang bertingkat. Dijadikan kota bertingkat karena dengan kota yang topografi bertingkat, Ini kota menjanjikan dimensi dengan begitu spektakuler.
Karena dengan hunian, ketika orang membuka jendela bisa melihat  laut, melihat matahari terbenam. Dengan hanya buka jendela, bisa lihat pulau-pulau, hamparan gunung-gunung di kejauhan yang hijau. Menengok ke atas melihat bulan yang begitu menakjubkan pada malam hari. Menengok, melihat naik-turun pesawat, melihat lalulintas kapal laut dengan berbagai aktivitas. Kemudian bergeser turun ke pantai, melihat pantainya yang bersih dengan aneka aktivitas nelayan dan masyarakat yang mencintai laut dengan berbagai aktivitasnya. Melihat anak-anak bermain dengan riang gembira.
Bisa menyaksikan mutu pendidikan untuk menyiapkan sumber daya manusia masa depan dengan sekolah bermutu dan beraneka ragam. Kemudian kampus-kampus, walaupun swasta, insya Allah pada saatnya nanti ada negeri yang bermutu. Sehingga kota ini akan menjadi pilihan yang tepat sebagai pilihan hunian. Sehingga dari Baubau bisa ke mana saja, dan datang kembali dengan waktu kapan saja. Pilih naik pesawat, laut atau lewat darat bisa dijangkau. Itulah kota yang kita impikan ke depan.


Soal kenyamanan berarti bukan hanya aspek spiritual dan rohani tapi juga ekonomi, untuk kepastian usaha. Bagaimana menumbuhkan keyakinan kepada investor untuk memanfaatkan kekayaan potensi Kota Baubau agar mereka mau berinvestasi dan tinggal disini?

Memang Bukan hanya tingal, karena orang tinggal ingin menyambung hidupnya, ada aktivitas, harus bernuansa ekonomi, menjanjikan kesejahteraan, itulah Baubau yang kita siapkan. Anda bisa mempunyai usaha di Jakarta, tapi memanejnya dari Baubau. Bisa transaksi, bikin rumah di Palagimata, atau ingin buat rumah yang bernunsa kehijauan, kehutanan di Sorawolio. Buat rumah di Lea-Lea, dengan empat dimensi, lihat sawah, laut, gunung, lihat Kota Baubau. Tapi dari tempat situ bisa nikmati semua, bisa memanej usaha anda yang diluar sana.
Kemudian daerah belakang kita kaya dengan potensi sumber daya alam. Orang bisa usaha tambang, tapi tinggalnya di Baubau, usaha rotan tapi tinggalnya di Baubau, usaha perikanan tapi tinggalnya di Baubau, ada pariwisata di Wakatobi tapi tinggal di Baubau.

Sepuluh tahun, satu dekade, sebenarnya umur yang pendek untuk mendesain kota, tapi bapak bisa menggunakan waktu yang relatif singkat ini dengan capaian, lompatan yang jauh seperti ini. Publik bertanya, rumus apa yang bapak pakai hingga begini kemajuan Baubau?

Saya berterimakasih kalau Baubau dilihat seperti itu dalam satu dekade yang pendek tapi bisa membuat lompatan yang jauh. Pertanyaan, apa yang mengilhami sehingga Baubau bisa seperti ini. Kita tahu Tuhan menurunkan Al Quran diperintahkan Nabi Muhammad itu, Iqra, bacalah. Bukan hanya kepada Muhammad saja peringatan itu, tapi kepada kita semua. Untuk membaca, melihatnya. Untuk mendesain suatu wilayah seperti Baubau, kita mau apa. Sebenarnya disekitar kita ada contoh, alasan-alasan yang bisa dijadikan landasan berpikir, berbuat. Karena Tuhan kaya dengan sombol-simbol.
Olehnya itu, kami menyadari, manusia mahluk yang diciptakan terakhir yang tentu kesempurnannya adalah kesempurnaan ciptaan Tuhan. Dari struktur anatomi manusia inilah bisa kita belajar, kalau kita analogkan sebagai wilayah. Jantung; sebagai analogi ekonomi. Paru-paru; lingkungan. Otak ; sumber daya manusia. Jari tangan, nadi, dan syaraf-syaraf; transportasi. Hati; agama dan budaya. Kalau lima komponen itu dikemas dengan baik, itulah bagian lompatan-lompatan yang bisa kita wujudkan dalam 10 tahun ini.
Sehingga kita menata ekonomi, mendahulukan pasar, lapangan kerja. Lalu memperbaiki jalan untuk menghubungan semua koneksitas antar ruang dalam wilayah Baubau. Dengan begitu tidak ada lagi wilayah Baubau yang tidak bisa dijangkau, contohnya dulu Palabusa, Sulaa, Kolagana, dan Waborobo, akhirnya semua bisa dijangkau dalam waktu satu sistem. Sehingga tidak ada lagi titik jauh.
Membenahi sekolah, untuk mempersiapkan sumber daya manusia, berbagai sekolah, jurusan dibuka. Menyiapkan ruang-ruang sehingga merangsang bagi orang-orang tertentu membangun perguruan tinggi. Sehingga anak usia perguruan tinggi tidak perlu keluar lagi, yang tidak mampu, ingin dekat dengan orang tua, sambil bekerja, di Baubau juga sudah bisa.
Kemudian kita memperhatikan lingkungan, Alhamdulillah dari hari ke hari kita tidak risau lagi dengan ancaman alam. Beberapa tahun lalu, kalau terjadi hujan sedikit, tenggelam beberapa kawasan kota, sekarang aman. Pesisir-pesisir pantai, ketika ada gelombang, berapa masyarakat kita yang harus jadi korban karena gelombang pantai, kini tidak, karena sudah diajak menjadikan laut sebagai halaman depan. Sungai membelah Kota Baubau, sekarang apik. Dulu, jorok bukan main, sekarang apik. Itu bagian lingkungan kawasan kita semakin baik.
Bagaimana mengangkat budaya.  Berbagai agama tumbuh dengan toleransi yang tinggi. Agama menyatu dengan budaya, budaya juga tidak bertentangan dengan agama, sehingga semua bisa hidup damai.
Sehingga dalam satu dekade ini: Itulah Baubau, O Siy Mo Baubau.

Secara tidak langsung bapak menyentak alam bawah sadar warga Kota Baubau, bahwa kita sudah seperti ini. Karena banyak warga kita yang masih tidur, belum sadar kita sudah hebat. Apakah memang bapak ingin “membangunkan” masyarakat?

Itulah, kita ingin monetum 470, momentum 10 tahun ini kita menyentak seluruh komponen masyarakat kota. Yang tidur bangunlah, yang pingsan sadarlah, yang sementara berlari jangan berlari tidak menentu, tapi tentukan arah mau lari ke mana sehingga semua cita-cita itu bisa kita rebut. Karena sekarang Baubau, insya Allah mungkin dalam peringatan HUT ke-471, listrik kita, sekarang dalam tahapan pembangunan PLTU, sehingga nanti semua, baik listrik, air bersih sudah jadi kebutuhan yang bukan lagi kurang, tapi mendapatkan pelayanan maksimal.

Melihat peletakan pusat listrik untuk kawasan Buton Raya plus Muna di Baubau, bandara, pelabuhan, Terminal Suplai BBM kawasan Indonesia Timur, bila Baubau terganggu, bakal mempengaruhi kondisi regional atau nasional Indonesia. Artinya Baubau strategis. Bagaimana bapak mengkondisikan hal ini?

Itulah yang kita ingin kenalkan: O Siy Mo Baubau, dari situ, dari dulu saya mengajak: Bersama Lebih Baik, karena ketika nanti kita tidak kompak, bukan hanya yang kita ajak Kota Baubau, tapi seluruh dari sistem besar Baubau atau Sultra. Karena betul, kalau Baubau terganggu, akan terganggu semua ini. Itulah yang perlu kita ajak bicara, itulah yang kita bagun, inilah Baubau. Mari kita bersama, karena itu lebih baik.

Mengingat filosofi anatomi manusia yang bapak adopsi tadi tadi, ibarat tubuh, berarti Baubau ini jantung di Indonesia Timur?

Karena berhenti akan mempengaruhi. Dan secara alami ini sudah memperlihatkan, ketika rusuh Ambon, Wasior, Timor Timur, larinya ke sini.
Kemudian, yang tidak dapat perkejaan di luar, masuk ke Baubau. Ini mekanisme alam yang harus direkayasa, kita ajak semua. Coba kita cermati di Pasar Wameo, siapa yang beradagang? Saudara kita dari Kadatua, Lasalimu, Pasarwajo, Kapontori, semua bisa berusaha,  karena tidak ada aturan yang melarang mereka. Kita cuma bikin aturan jagalah kebersihan.
Rumah Sakit kita secara bertahap kemampuan daya layanan ditingkatkan. Ada yang kurang, dibenahi.

Saya melihat pada akhirnya ketika menyatakan diri orang Buton dalam jazirah Buton Raya lalu menyebut Baubau, ada rasa memiliki. Bukankah ini bentuk kebesaran Buton yang pernah dimiliki?

Biar bagaimana pun, namanya Baubau, tapi disini pusat peradaban Buton. Berarti Baubau ini mencermintan Buton secara keseluruhan. Butonnya Wakatobi, Butonnya Buton Utara, Butonnya Buton sendiri, Butonnya Baubau, termasuk Butonnya Bombana. Karena biar bagaimana, Baubau ini Butonnya semua, kesatuan Buton.
Tapi, dalam konteks kekinian, bagian dari sistem Sultra, Sulawesi, Kawasan Timur, nasional. Dan harus disiapkan sebagai bagian dari sistem global. Sehingga instrumen ini tidak bertolak belakang, tidak bertentangan dengan sistem tadi. Karena kita secara administrasi bagian dari Sultra, maka kemasan kita tidak boleh lepas.

Jadi, apakah kata kuncinya pencapaian tadi menimbulkan satu seruan moral O Siy Mo Baubau? Kita bisa bicara pada semua level?

Ya. Semua level, semua dimensi, semua dinamika, dan O Siy Mo Baubau.

Apa harapan bapak bagi Baubau untuk masa mendatang?

Harapan, perkembangan Baubau ini jalur pengembangannya harus sesuai dengan konsep dasar yang kita bangun. Ruang Baubau 220 KM, memiliki tujuh bagian wilayah kota, dengan fungsi utama dan penunjang, harus terarah dan diarahkan sesuai karakter dan peran kewilayahan Baubau ke depan.
Olehnya itu, ini tanggung jawab semua, masyarakat, dan stakeholder Baubau. Sehingga jangan sampai pondasi dasar dan strategi yang sudah tersusun, dan arah yang sudah disepakati bersama, dengan melihat bagaimana peran kewilayahan Baubau, tidak sesuai dengan daya dukungnya sebentar, dan posisi yang dimainkan Baubau.
Artinya kalau pondasi untuk gedung berlantai lima dengan berbagai tahapannya, ya harus kita arahkan berlantai lima. Jangan pondasinya berlantai lima, tapi kita hanya mau bangun rumah panggung biasa. Ini kan mubazir. Karena ketika pondasi yang kuat, hanya rumah panggung biasa, akhirnya orang hanya berantam di atas rumah panggung biasa ini. Atau jangan sampai kita rancang, harusnya tahapan ini sudah sampai pada level bangunan tahap lantai tiga, tapi kita hanya main di lantai satu, sehingga mubazir, lantai tiganya kosong. Ketika kosong hanya diisi hantu saja.
Yang kita lakukan, pada saat mana lantai tiga dibenahi, lantai empat dibenahi. Bagaimana orang di lantai satu tidak merasa di lantai satu, orang di lantai empat tidak merasa dilantai empat, tapi dia di dalam bangunan yang sama, itulah perlunya rasa memiliki. Kemudian skenario menyiasati, jangan sampai lantai empat lebih bagus dari lantai satu.
Jadi itulah kewajiban pemerintah, kewajiban seorang pemimpin untuk membangkitkan. Seperti Baubau dalam 10 tahun terakhir, tidak ada yang merasa tak tersentuh. Kalau anda ke Kolagana, tadinya tidak pernah lihat sepeda motor, mobil, apalagi walikota atau pejabat yang lain, tapi mereka sekarang sudah biasa, karena semua bisa dijangkau, contoh Sorawolio sudah tersentuh, Sulaa, Waborobo, daerah pusat kota, semua sama.

Terakhir tadi, bapak menyebut tentang pemimpin, suasana kebatinan masyarakat mulai diusik soal kepemimpinan, apalagi momentumnya berdekatan antara Pilwali Baubau dan Pilgub Sultra, sebagai peletak dasar Kota Baubau, apa harapan, seruan bapak kepada masyarakat termasuk senjumlah figur yang muncul?

Mari kita bercermin diri, yang penting, kenapa Tuhan bikin cermin? Artinya dengan indra yang kita miliki, kita bisa lihat orang, tapi yang sulit dengan indra yang kita miliki, kita tidak bisa melihat diri sendiri. Maka kita gunakan cermin, mari kita lihat.
Saya ingin katakan, mayarakat Baubau mari kita bercermin untuk melihat Baubau sudah baguskah? Sudah cantikkah kita? Dan kita jujur mengatakan tentu masih ada mungkin sedikit yang belum kita bedaki di wajah. Atau mungkin wajah yang berkelebihan kita wajahi. Kalau kita lipstik, atau warnanya lipstik yang belum cocok. Mari kita jujur melihat cermin itu.
Terus kita melihat sudah ada perubahan. Memang tidak ada yang sempurna, tapi jangan sampai moto itu dipakai, sehingga kita tidak sempurna melihat, kita tanpa indra, tanpa cermin , hanya menggunakan hak-hak yang kita miliki. Sehingga perlunya kecerdasan masyarakat, bercermin diri, kemudian menentukan. Sehingga nanti bisa kita siapkan pemimpin yang membawa kota ini ke arah yang baik.
Saya kira termasuk untuk Sultra, selama ini figur-figur itu sudah pernah berkiprah, dilihat, mari menggunakan rasio yang diberi Tuhan. Menggabungkan antara rasio, mata, perasaan, dan hati kita, dan tentu yang diharapkan kejujuran untuk menilai.
Ya, saya kira kita bisa melihat siapa yang bisa membawa kita, semua baik, tapi pasti saya yakin ada yang terbaik di antara itu.(one.radarbuton@gmail.com)