Jumat, 23 Agustus 2013

Berburu Kursi

Catatan: Irwansyah Amunu


KPU Buton akhirnya memplenokan penetapan Daftar Caleg Sementara (DCS) menjadi Daftar Caleg Tetap (DCT), kemarin.

Dalam keputusan yang diteken Ketua KPU Buton, La Rusuli dan sejumlah komisioner lainnya itu tidak ada perubahan antara DCS dan DCT. Total DCT yang diputuskan untuk bertarung dalam Pemilu legislatif (Pileg), 9 April 2014 nanti sebanyak 410 Caleg.

Sebanyak 410 Caleg tersebut memperebutkan 35 kursi di lima daerah pemilihan (Dapil). Dengan demikian, peluang untuk menjadi anggota dewan 1:12. Dengan kata lain, satu kursi diburu 12 Caleg.

Memang, dalam Pemilu kali ini, Buton menambah lima "lowongan". Mengapa? Sebab sebelumnya, anggota dewan Buton hanya 30 orang, namun kali ini ditambah lima, menjadi 35. Bedanya lagi, lima tahun lalu Dapil Buton hanya tiga, sekarang ditambah dua, menjadi lima.

Dapil tersebut terdiri dari, Dapil Buton 1: Kecamatan Batauga, Sampolawa, Lapandewa, Kadatua, Siompu, Simpu Barat, dan Batu Atas (memperebutkan 10 kursi). Dapil Buton 2: Kecamatan Pasarwajo, Wabula, dan Wolowa (delapan kursi). Dapil Buton 3: Kecamatan Talaga, Mawasangka Tengah, Mawasangka Timur, dan Mawasangka (enam kursi). Dapil Buton 4: Kecamatan Gu, Lakudo, Sangiawambulu (enam kursi). Dan Dapil Buton 5: Siotapina, Lasalimu Selatan, Lasalimu, dan Kapontori (lima kursi).

Nah, dari lima Dapil ini, peluang paling sulit menjadi anggota dewan Caleg di Dapil Buton 2 dan 5, satu kursi diperebutkan 12 Caleg. Pasalnya, di dua Dapil tersebut seluruh Parpol mengisi secara sempurna nama-nama Caleg sesuai dengan batas maksimal yang disiapkan KPU. Total Caleg di Dapil Buton 2, 96 orang, sedangkan Dapil Buton 5, 60 orang.

Menyusul kemudian Dapil Buton 4 dan 1. Pasalnya, di Buton 4 persaingan lebih mudah karena DCT minus satu, dari batas yang diberikan KPU. Di Dapil 4, Caleg hanya berjumlah 71 orang karena PBB di Dapil ini, minus satu.

Sementara di Dapil Buton 1, minus tiga, total hanya berjumlah 117. Kekurangan ini karena PKPI hanya mendaftarkan tujuh Caleg, dari 10 yang diminta.

Persaingan relatif ringan di Dapil Buton 3. Peluang untuk menjadi anggota dewan 1:11, beda dengan empat Dapil lainnya 1:12. Mudah menjadi anggota dewan di sini karena PKPI tidak mencantumkan satu pun nama Calegnya di Dapil ini dari enam kuota yang diminta. Total Caleg di Dapil ini hanya 66 kursi.    

Siapa saja yang bakal duduk di kursi empuk wakil rakyat? Silahkan mulai terawang, nama-namanya bisa dibaca di halaman 14 dan 15, Buton Pos, edisi Jumat (23/8).

Yang jelas, semua partai berpeluang. Namun kompetisi sengit bukan terjadi antar partai, namun antar Caleg di satu partai. Siapakah yang bakal duduk, apakah incumbent atau muka baru, semuanya ditentukan pada hari H, Rabu, 9 April 2014 nanti.

Sebagai referensi, berdasarkan nomor urut partai dan jumlah calegnya, NasDem menempatkan 35 caleg di DCT, PKB (35), PKS (35), PDI Perjuangan (35), Golkar (35), Gerindra (35), Partai Demokrat (35), PAN (35), PPP (35) Partai Hanura (35), PBB (34), dan PKPI (26).
(follow twitter: @irwansyahamunu)

Minggu, 11 Agustus 2013

Pesan Fitri untuk Adipura

PEMKOT Baubau berencana merebut Piala Adipura. Suatu target yang realistis mengingat umur Kota Semerbak sudah melewati satu dekade sebagai daerah otonom.

Pencapaian Adipura sebetulnya bukan hal yang mustahil. Pasalnya, sejumlah elemen elementer untuk meraih Adipura sudah dimiliki eks pusat Kesultanan Buton ini. Mulai dari sarana sanitasi, fasilitas kebersihan dan infrastruktur lainnya.

Terbukti, tahun ini Baubau sudah mengantongi Piagam Adipura dari Kementerian Lingkungan Hidup RI. Tinggal selangkah lagi untuk mendapatkan piala.

Apalagi, target pencapaian anugerah Piala Adipura sudah ditabuh Walikota Baubau, AS Tamrin. Mestinya, semangat ini menjalar kepada seluruh kabinetnya, birokrasi, dan stakeholder lainnya. Terutama, masyarakat sebagai objek penting harus turut merasakan dan ambil bagian.

Untuk menghubungkan antara kepentingan pemerintah dan masyarakat, pihak Dinas Kebersihan harus berada di garda terdepan. Dengan demikian apa yang dikomunikasikan pemerintah sampai ke masyarakat.

Sayangnya, peran ini belum terlihat secara riil. Terbukti, publik di Metro Baubau banyak yang mengeluhkan kinerja Dinas Kebersihan. Bisa dilihat dengan wajah Kota Baubau yang kurang terurus akibat sampah yang berserakan dan ruang publik yang tak terurus. Satu bukti, lihat saja rumput yang tumbuh liar di Kotamara.

Memang bicara kebersihan tidak sepenuhnya menyalahkan Dinas Kebersihan. Tapi yang terpenting adalah bagaimana merubah prilaku masyarakat agar menjaga kebersihan. Namun kembali lagi semuanya itu butuh teladan. Butuh sentuhan dari tangan lain di luar masyarakat, dalam hal ini Dinas Kebersihan.

Maka itu, untuk mencapai target Adipura tersebut, mulailah optimalkan kinerja Dinas Kebersihan. Toh, bicara kebersihan adalah pesan fitri, pesan fitrah manusia yang bersumber dari religi melalui pesan: Kebersihan adalah sebagian dari iman.

Nah, dengan demikian hal itu sebenarnya lebih mudah disentuh. Apalagi fasilitas penunjang di Baubau sudah memadai, termasuk sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) moderen yang terbangun di Baubau.

Jadi, mari jadikan target Adipura sebagai spirit yang berisi: Pesan Fitri untuk Adipura. (follow twitter: @irwansyahamunu)

Senin, 05 Agustus 2013

Mendidik Pemudik di Murhum

BAUBAU merupakan salah satu pintu gerbang laut di Indonesia Timur. Posisi inilah yang membuat Pelabuhan Murhum menjadi salah satu titik arus mudik terpadat selama lebaran.

Hal itu tidak bisa dipungkiri mengingat Baubau merupakan pintu keluar masuk orang dan barang bagi jazirah di Buton Raya untuk jalur laut. Bahkan tidak berlebihan kalau kita katakan termasuk seluruh daerah di Sultra.

Kenyataan itu tidak bisa dipungkiri sebab Pelabuhan Murhum merupakan pelabuhan laut terbesar di Sultra. Posisi tersebut bukan baru dimainkan sekarang, tapi sejak dahulu kala.

Maka itu, mestinya karena mudik ini merupakan rutinitas tahunan warga, maka selayaknya setiap pihak yang terlibat mengambil peran optimal. Bukan saja pihak Kantor Pelabuhan, tapi juga Polisi, Dinas Perhubungan, dan pemangku kepentingan lainnya.

Tujuannya agar memberikan rasa nyaman kepada warga. Bukan saja penumpang pemudik tapi juga pengantar.

Maka itu, untuk memberikan edukasi yang sistemik, mestinya prilaku buruk di pelabuhan mulai dirubah. Misalnya, rendahnya budaya antri, masih ada penumpang yang memaksakan diri naik kapal tanpa tiket, kapal yang memaksakan diri berlayan dalam kondisi tidak memenuhi syarat, dan tetek bengek lainnya.

Nah, mengedukasi pemudik ini bisa dimulai dengan menciptakan sistem baru. Atau kalau tidak memperketat pelaksanaan aturan yang selama ini sudah ada sehingga lebih baku.

Memang, perlu diacungi jempol langkah yang diambil pihak Kantor Pelabuhan dengan menambah fasilitas pemantauan. Sebab, berbeda dengan tahun sebelumnya, untuk meningkatkan pelayanan dan kewaspadaan selama arus mudik dan balik lebaran, pihak Kantor Pelabuhan sudah memasang sejumlah CCTV disejumlah titik. Sayangnya, hal tersebut belum optimal karena masih ada kasus kemalingan yang terjadi di pelabuhan.

Lantas bagaimana cara mengedukasi pemudik yang efektif? Harus dimulai dari kesadaran pemudik, termasuk ketegasan dari pihak terkait dalam menegakkan aturan. Bila hal ini sudah dilakukan, maka arus mudik dan balik lebaran akan terhindar dari kesan kesemrawutan. (follow twitter: @irwansyahamunu)

Minggu, 04 Agustus 2013

Menanti Berkah Sail Indonesia di Buton

BILA tidak ada aral melintang, Kabupaten Buton bakal menjadi jalur Sail Indonesia 2013. Para sailer akan berada di Buton selama empat hari, sejak Rabu (21/8).

Banyak persiapan yang dilakukan Pemkab, antara lain tarian kolosal yang bakal memecahkan rekor MURI. Bukan hanya itu, Bupati Umar Samiun juga berencana membungkus Benteng Keraton menggunakan sarung tenun Buton. Ini juga targetnya untuk memecahkan rekor MURI.

Dari dua agenda tersebut, hal kedua yang bakal membawa berkah bagi masyarakat, khususnya pengrajin tenun Buton. Hitung saja, berapa jumlah sarung yang dibutuhkan untuk merealisir target mengemas benteng terluas di dunia tersebut? Berapa gemerincingan rupiah yang bakal masuk ke kantung penenun? Tentu suatu angka yang tidak kecil. Bisa langsung menaikkan taraf ekonomi mereka.

Semoga saja, dengan deadline waktu yang tersedia, target membungkus benteng bisa dilakukan. Sebab, jumlah pengrajin yang dilibatkan tentu tidak sedikit.

Rencana Bupati Umar Samiun yang mengemas Sail Indonesia 2013 spektakuler memang tidak bisa dipandang sebelah mata. Tujuannya, untuk mengangkat citra, dan potensi budaya Buton yang dimiliki Pemkab terpublikasi bukan hanya di level nasional, tapi juga internasional. Dengan demikian, sektor budaya tersebut bisa memberikan efek domino bagi sektor pariwisata yang bermuara pada perbaikan ekonomi masyarakat.

Maka itu, keseriusan dibuktikan dengan Pemkab Buton bakal melakukan persentase di Autralia tentang kesiapan dalam menyukseskan agenda Sail Indonesia 2013. Acara itu bakal digelar 23 Juli mendatang, diikuti 87 negara.      

Nah, melihat banyaknya negara yang hadir ini, berkah untuk mengkampanyekan potensi budaya dan pariwisata di kancah manca negara bisa dilakukan. Dengan begitu, kita berharap yang mengucur ke masyarakat bukan hanya dari pundi-pundi APBD, tapi juga dari kocek para turis asing.

Namun begitu, Pemkab juga harus mewaspadai aspek negatif dari persinggungan dengan pihak asing tersebut, yaitu budaya asing. Caranya, filter secara ketat, jangan biarkan mereduksi budaya Buton yang notabene berakar dari Islam.(***)