Senin, 03 Desember 2012

Senjata para Jenderal


Catatan: Irwansyah Amunu

PUAS. Itulah kesan yang saya alami selama dua hari mengikuti Workshop Redaktur Pelaksana (Redpel) Fajar Grup bertajuk: Menangkap dan Memanej isu serta Penguatan Pemberitaan dalam Segala Sesana sejak Rabu (28/11) lalu di Denpasar, Bali.

Betapa tidak, dua pembicara yang mengisi acara tersebut memberikan banyak masukan untuk perbaikan manajemen, konten, dan tetek bengek soal redaksi. Tidak tanggung-tanggung, nara sumbernya merupakan wartawan senior dari media nasional ternama, Masmimar Mangiang (Tempo) dan  Arief Santosa (Jawa Pos).

Syukriansah S Latif, Pemred Harian Fajar ketika membuka acara mengatakan workshop tersebut penting karena Redpel merupakan "jantung" media. Mereka merupakan "jenderal" yang memberikan komando kepada redaktur dan reporter untuk memanajemen isu agar media tetap survife dan dicintai pembaca.

Maka itu, workhop tersebut merupakan sarana agar para "jenderal" memperoleh "senjata" baru.

Sebagai gambaran, peserta workshop antara lain dari Radar Buton, Fajar, FajarTv, Fajar Pendidikan, Kendari Pos, Kendari Ekspres, Rakyat Sulsel, Palopo Pos, Berita Kota Makassar, Radar Ambon, Ambon Ekspres, Radar Bone, Gorontalo Pos, dan Timor Ekspres.

Pemateri menyadari, gambaran yang diungkapkan dalam worshop  merupakan hal yang ideal. Realitasnya sangat jauh berbeda dengan kondisi media di daerah. Misalnya bagaimana manajemen redaksi, penggarapan isu, berita investigasi, feature, dan konten berita lainnya, termasuk pembenahan SDM. Rasanya gambaran yang diberikan dengan kondisi media di daerah sangat jauh bedanya.

Semua peserta juga meraskan kondisi yang sama, kenyataan di medianya masing-masing dengan materi yang disampaikan bedanya antara langit dan bumi.

Sekadar membandingkan, untuk membongkar kasus yang tejadi di BPN Jatim, Jawa Pos menurunkan seorang reporter berbulan-bulan untuk melakukan investigasi. Begitupun soal kasus ijazah instan yang kerap digunakan oknum anggota dewan.

Berapa anggarannya? Jangan tanya lagi, puluhan juta rupiah.

Ketika beritanya diluncurkan, meledak. Menjadi berita besar di Jatim. Bahkan beberapa orang yang terlibat di dalamnya harus dipenjara.

Bagaimana dengan Radar Buton? Mungkin satu contoh yang relefan, kasus asuransi kesehatan miskin (Askeskin) di RSUD Baubau. Saat itu menjadi kasus nasional. Bedanya, ketika diangkat ke permukaan, tidak sampai membutuhkan biaya investigasi.

Walau begitu, terkait bekal materi workshop, ada semangat yang sama memancar dari seluruh peserta, perbaikan redaksi akan dilakukan untuk memberikan kepuasan kepada pembaca. Bila tidak, media akan semakin ketinggalan pembaca.(one.radarbuton@gmail.com)