Minggu, 06 Desember 2009

Menanti Baubau jadi Basis Emas Hitam

SEJAK tiga tahun lalu, saya sudah memperoleh informasi bahwa di Baubau akan dibangun Terminal Suplai BBM Wilayah Indonesia Timur (Intim) di Kelurahan Sulaa, Kecamatan Betoambari. Sayangnya informasinya bersifat global, kurang rinci.
Beruntung, sebelum lebaran Idul Adha, ketika menyambangi Kadis PU Baubau, Sunaryo Mulyo, saya bertemu Projek Manager (PM) PT Krakatau Engineering, Odi Rivaldi yang mengerjakan proyek tersebut. Bermodal dari pertemuan tak disengaja itu, saya diberi akses untuk melihat dari dekat pengerjaan proyek raksasa tersebut, Sabtu (28/11) pecan lalu.

Ketika menginjakkan kaki di sana, saya langsung berdecak melihat pengerjaan sejumlah infrastruktur. Maklum, latar belakang pendidikan saya teknik sipil. Apalagi rata-rata “piranti” bangunan berukuran jumbo. Itu gambaran awal. Yang ditangkap mata saya benar setelah mendengar penjelasan Odi. Kata dia, proyek dibangun selama dua tahun sejak Januari 2009, anggaran Rp 700 miliar di atas tanah seluas 20 hektar lebih. Dana proyek di luar biaya lahan. nformasi yang saya peroleh dari seorang warga, sekarang harga tanah di sana rata-rata sekitar Rp 50 ribu per meter persegi. Karena lahannya seluas 20 hektar, maka harga tanah Rp 10 miliar.

Dengan demikian total anggaran jika ditambah dengan biaya tanah senilai Rp 710 miliar. Suatu angka yang fantastis. Setara dengan total APBD Baubau dua tahun anggaran. Merupakan satu-satunya proyek raksasa di Buton Raya sejak Indonesia merdeka.

Terminal Suplai BBM terbangun di Baubau terbesar di Intim. Menguji itu, saya tanyakan apakah Pertamina memiliki terminal serupa di Intim. Odi mengatakan di Maluku, Ambon, namun kapasitasnya dibawah 100.000 Kilo Liter (KL). Di Baubau, akan dibangun Terminal Suplai berkapasitas 100.000 KL. Maka itu, tangki yang dibangun sebanyak delapan unit. Masing-masing, empat unit berkapasitas 10.000 KL, dan 15.000 KL. Kapasitas 10.000 KL, diameter tangkinya 35 meter, tinggi 12 meter. Untuk 15.000 KL, diameter 45 meter, tinggi 12 meter. Ilustrasinya satu tangki sama dengan bangunan tiga atau empat lantai.

Saat ini, tangki kapasitas 10.000 KL sedang dirakit tenaga pengelas bersertifikat minyak. Menurut Odi, awalnya tenaga pengelas bersertifikat berjumlah 25 orang, namun setelah dites ulang, yang lolos tinggal 20. Sekadar menggambarkan, tangki di Depot Pertamina Baubau sekarang jumlahnya tiga unit. Masing-masing berkapasitas 1.500 KL, jadi totalnya 4.500 KL. Bandingkan dengan tangki di Terminal Suplai BBM, yang terkecil berkapasitas 10.000 KL.

Artinya, satu tangki terkecil di Terminal Suplai BBM, lebih besar dari tiga tangki di Depot Pertamina Baubau di Kelurahan Katobengke, Kecamatan Murhum. Depot Pertamina yang kini digunakan pun siap-siap berhenti Desember tahun depan, bila Terminal Suplai BBM beroperasi. Soalnya Terminal Suplai BBM tidak hanya melayani kebutuhan regional Intim, tapi juga lokal Baubau.

Mengenai konsumen, Terminal Suplai BBM tidak hanya melayani pembeli di darat, tapi juga di laut. Maka itu, di sana juga dibangun dua pelabuhan untuk kapal berbobot 35.000 DWT, dan 6500 DWT. Pelabuhan berbobot 35.000 DWT berfungsi ganda untuk kapal pengangkut BBM dari Balikpapan, Kaltim, sekaligus kapal yang membeli BBM di laut. Kapal berbobot 35.000 DWT ini, estimasinya seukuran kapal PT Pelni yang beroperasi di Baubau. Sedangkan pelabuhan kapasitas 6500 DWT hanya untuk digunakan mendistribusikan BBM.

Infrastruktur lain yang berteknologi tinggi, adalah sarana pemadam menggunakan foam (busa). Jika terjadi kebakaran, pompa akan terbuka secara otomatis menyemprotkan busa ke tangki untuk menyelebungi. Setelah terselubungi busa, kebakaran di tangki dipadamkan. Pengamanan kebakaran ini tidak hanya berlaku di darat, tapi juga di laut bila terjadi kebakaran kapal. Tak hanya itu, Terminal Suplai BBM juga dilengkapi pemadaman yang bersifat prefentif. Sarananya melalui pembangunan kolam air berkapasitas 5000 kubik. Kata Odi kolam air ini seukuran kolam renang olimpiade.

Di Baubau, bak penampung air terbesar milik PDAM yang terbangun di dekat Taman BRI, di samping Pelabuhan Murhum hanya 1000 kubik. Artinya, yang terbangun di Terminal Suplai BBM lima kali lipat milik PDAM Baubau. Mengenai infrastruktur berteknologi tinggi, termasuk pompa. Perlu diketahui, pompa yang digunakan seluruhnya diimport dari luar negeri, misalnya AS dan sejumlah negara Eropa.

Karena berteknologi tinggi, kebutuhan daya listrik di Terminal Suplai BBM pun tinggi, sebesar 1,5 MW. Dipastikan, PLN Cabang Baubau tidak bisa memenuhi kebutuhan tersebut. Saat ini saja, untuk membangkitkan energi listrik di lokasi proyek menggunakan genset berdaya 2x450 KVA. Inilah "PR" yang mesti dituntaskan Pemkot. Hal ini bukan kendala bila PLTU Kolese beroperasi.

Dari seluruh penjelasan ringkas ini, publik kini menanti beroparasinya Terminal Suplai BBM akan menjadikan Baubau menjadi basis emas hitam (baca: BBM) di Intim. Apalagi, volume BBM yang ditampung di Kota Semerbak sekitar 100.000 KL. Jika dikalibrasi dengan harga BBM jenis solar untuk industri sekitar Rp 6000 per liter, maka perputaran uang dari emas hitam di Baubau senilai Rp 600 miliar. Bila diasumsikan angka tersebut untuk 22 hari, sesuai standar ketahanan BBM yang digunakan Pertamina, maka nilai transaksi dalam sehari rata-rata Rp 27 miliar.

Nominal yang fantastis untuk kota selevel Baubau. Akhirnya, kita berharap Terminal Suplai BBM tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat, dan secara langsung menggerakkan sektor ril. Semoga.(one.radarbuton@gmail.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar