Minggu, 29 Januari 2012

Penerbangan Bersejarah


Catatan: Irwansyah Amunu


JUMAT (20/1) lalu, saya diutus Radar Buton untuk mengikuti Workshop dan Uji Kompetensi untuk pemimpin redaksi (Pemred), redaktur pelaksana (Redpel) dan Redaktur dalam lingkungan Fajar Group di Graha Pena, Makassar. Karena acaranya digelar pagi, maka saya putuskan menggunakan penerbangan perdana.

Kamis sore, saat tiket saya kantongi, saya nyaris tidak percaya dengan keterangan yang tertera di tiket. Soalnya di situ tertulis, jadwal pesawat boarding pukul 06.10 Wita. Bahkan ketika kolega di kantor mengingatkan, setelah Salat Subuh harus ke Bandara Betoambari, Kota Baubau, Sultra, untuk cek in, saya agak mengacuhkan. Di benak saya sudah menari-nari asumsi: ini kan penerbangan di Indonesia. Pasti telat lagi. Pasti lelet lagi.

Asumsi tersebut bukan tanpa dasar. Sebab selama ini, pengalaman saya bepergian menggunakan pesawat, tidak pernah tepat waktu. Selalu di-delay alias terlambat dari jadwal.

Apalagi pulang kantor Kamis itu, jam menunjukkan nyaris pukul 24.00. Sebelum menuju "Pulau Kapuk" saya sempat membereskan sejumlah perlengkapan yang hendak dibawa. Meski seadanya, namun cukup membutuhkan waktu juga. Kontan, mata saya terpejam Jumat dini hari. Kendati demikian, pukul 04.30 saya sudah bangun, selanjutnya Salat Subuh.

Karena asumsi awal tadi, saya tidak tergesa-gesa ke bandara. Beberapa persiapan lain masih saya lakukan. Melihat itu, isteri saya mengingatkan supaya segera ke bandara seraya menanyakan jam berapa pesawatnya terbang. Saya berujar,"Pukul 06.20."

Makanya, saya pun bergegas ke bandara. Jam nyaris menunjukkan pukul 06.00. Tiba di bandara, saya langsung cek in. Lantas menuju loket boarding pass, sebab sudah diumumkan penumpang diminta naik ke pesawat. Praktis tiba di bandara, sampai naik ke pesawat tidak sampai lima menit. Saat duduk di kursi, saya melirik jam tangan saya menunjukkan pukul 06.10. Luar biasa, penerbangan bersejarah. Sesuai antara data yang ada di tiket dengan fakta.

Dalam hati saya bergumam, tampaknya tadi saya adalah penumpang terakhir yang cek in. Alhamdulillah, tidak ketinggalan pesawat.

Di "kapsul besi" milik Wings Air tersebut saya duduk di kursi nomor 4. Saya melempar pandangan ke depan, ada beberapa kursi yang tak terisi. Sejurus kemudian, pramugari memperagakan prosedur keselamatn penumpang. Setelah itu diumumkan, penerbangan akan dilakukan selama satu jam pada ketinggian 15 ribu kaki, bersama Kapten Arif Hendro.

Tiba di Bandara Internasional Hasanuddin Makassar sekitar pukul 07.10. Hitungannya tepat sejam, sesuai yang tercantum di tiket. Di dalam pesawat, saya mendengar dari seorang ibu yang duduk tidak jauh dari saya, dia bertutur dengan penumpang lain, sebetulnya ia bersama rombongan. Namun tertinggal, tidak ikut penerbangan. Karena itu, dia akan menunggu rekannya tersebut di Bandara Hasanuddin pada penerbangan selanjutnya. Bisa jadi rekannya telat karena anggapannya sama dengan asumsi saya tadi.    


***

Setelah mengikuti agenda di Makassar selama dua hari, saya balik ke Baubau, Minggu (22/1). Mengacu pada pengalaman keberangkatan tadi, saya tiba di Bandara Hasanuddin pukul 09.00 lebih. Soalnya di tiket jadwal pesawat boarding pukul 10.20.

Ketika menunggu di bandara, saya bertemu dengan Kepala Badan Perizinan dan Penanaman Modal Kota Baubau, Amril Tamim. Darinya saya mendapat informasi rupanya pesawat milik Maskapai Wings Air tersebut parkir di Bandara Betoambari. Pesawat jenis ATR-500 itu tergolong baru, belum lama buka dus. Kini rute Baubau-Makassar lima kali, dilayani Merpati, Wings Air, dan Express Air. Bukti Baubau kini telah menjelma menjadi daerah yang nyaman untuk investasi.

Rute tadi, belum terhitung trayek baru yang dibuka Express Air, mulai Sabtu (21/1). Maskapai tersebut mengoperasikan pesawat buatan Jerman, 328-300 Door Near tipe jet yang diproduksi tahun 2000. Mampu mengangkut 32 penumpang belum termasuk enam kru pesawat.    

Singkat cerita, penerbangan pulang kali ini pun sama antara data di tiket dengan kenyataan. Alhasil, saya simpulkan penerbangan saya kali ini terbilang bersejarah. Tepat waktu.

Saya berharap hal ini tidak berlaku kali ini saja, tapi seterusnya. Bukan hanya oleh Wings Air, tapi semua maskapai. Dengan demikian, ketika menyebut boarding pukul 06.10 Wita, memang betul demikian. Pukul 06.10 Wita sesuai dengan akronimnya, Waktu Indonesia Tengah (Wita). Bukan berarti minor, pukul 06.10 WITA artinya Waktu itu Terserah Anda (WITA). Semoga!(one.radarbuton@gmail.com)