Minggu, 31 Maret 2013

Menakar 100 Hari Kerja TAMPIL MESRA

TIDAK terasa masa pemerintahan AS Tamrin-Wa Ode Maasra Manarfa (TAMPIL MESRA) sudah berlalu 60 hari. Namun hingga kini publik masih menyimpan tanya apa gerangan program 100 hari kerjanya?

Soal ini mesti dijawab untuk menghapuskan tanda tanya. Apalagi, dalam kurun waktu tiga bulan ini warga belum melihat bagaimana bentuk program kerja yang bakal dilakukan duet pengganti Amirul Tamim tersebut.

Praktis tiga bulan terakhir waktu hanya dihabiskan seputar mutasi. Terbukti hingga kini kebijakan walikota dalam merombak kabinetnya terus menuai kritikan.

Bukan itu saja, hal tersebut bahkan menjadi bahan perbincangan hangat di tengah masyarakat. Bahkan tidak hanya kalangan elit, termasuk kelas "akar rumput" pun terus membicarakannya. Mulai dari pedagang kaki lima, tukang ojek, bahkan tukang becak yang biasanya tabu bicara soal politik, ikut latah menjadikannya sebagai bahan koja-koja (diskusi, red).

Mengapa demikian? Karena memang baru hal ini yang seakan kelihatan disentuh oleh duet TAMPIL MESRA.

Padahal, kalau gebrakan 100 hari kerja dilakukan, maka perhatian publik akan beralih ke sini. Tidak lagi terfokus pada persoalan mutasi pejabat. Namun karena program 100 hari kerja tak nampak, akhirnya persoalan mutasi pejabat yang terus dijadikan buah bibir.

Maka itu, agar duet TAMPIL MESRA tidak kehilangan arah, mulailah menjelaskan program apa yang akan dilakukan di Baubau. Apa skenario pembangunan yang bakal dikerjakan di Kota Semerbak? Agar semuanya menjadi jelas.

Toh, kalau pun belum mampu dilakukan pada 100 hari kerjanya, namun masyarakat sudah mulai mafhum dengan arah pembangunan Baubau di tangan Walikota Tamrin. Dengan demikian langkah pembangunan Baubau bisa diketahui akan diarahkan ke mana.

Arah itulah yang akan dicermati warga. Soalnya Baubau ini sebelumnya, sudah terlanjur melesat jauh ke depan dan bisa dikatakan sebagai kiblat daerah terdepan di Sultra Kepulauan.

Maka itu, mulailah dengan program 100 hari kerja.Dengan demikian Baubau memiliki kejelasan arah pembangunan, bukan sebaliknya seolah berada dalam labirin, terkesan berada dalam kondisi yang sangat rumit dan berbelit-belit.(***)