Senin, 21 Oktober 2013

Alarm Alam

Catatan: Irwansyah Amunu


AKHIR pekan ini, setidaknya terjadi dua musibah yang memilukan menimpa warga Buton. Pertama, gempa yang terjadi selama dua hari berturut-turut di Kecamatan Batauga. Kedua, tenggelamnya KM Lulu Jaya, diperairan dekat Batauga.

Dua musibah tersebut antaranya, tiga hari. Gempa berkekuatan 4,7 Skala Richter (SR) terjadi, pada 14-15 Oktober, sedangkan musibah kapal tenggelam rute Batuatas-Baubau tersebut pada 17 Oktober.

Dampaknya pun memilukan. Gempa yang menimpa warga Batauga kendati tak menimbulkan korban jiwa namun merusak sekitar 300 rumah, kerugian yang ditimbulkan ratusan juta rupiah. Sementara, kapal tenggelam yang memuat 84 penumpang, menyisakan dua korban yang hingga kini belum ditemukan.

Dua cerita memilukan ini harus menjadi alarm. Ya, alarm, alam alam berbunyi untuk mengingatkan kita semua agar meningkatkan kewaspadaan. Sikap itu harus tetap dimiliki warga apalagi bila bertepatan dengan momentum lebaran.

Terkait gempa yang menimpa warga Batauga, kita patut mengacungkan jempol kepada warga setempat. Meski rumah yang hancur ratusan, namun tidak ada korban jiwa. Bisa dikatakan masyarakat sudah mampu menyelamatkan diri bila gempa mengguncang. Apalagi guncangan gempa terbilang banyak kali, sampai 20 kali.

Namun kini yang tersisa adalah masa tanggap darurat. Warga korban, khususnya yang rumahnya rusak harus mendapatkan perhatian serius dari Pemkab.

Soal kapal tenggelam, terhadap korban mesti jadi perhatian. Sesuai standar SAR, sebelum kesimpulan ditetapkan, waktu tujuh hari plus kejadian, pencarian tetap dilakukan. Bila SAR angkat tangan, dan hasilnya tetap nihil, santunan selayaknya diberikan kepada keluarga korban.

Kepada nakhoda kapal, hukum harus ditegakkan. Hal tersebut menjadi pelajaran bagi oknum yang tidak bertanggungjawab untuk tidak main-main dengan nyawa manusia. Kepada masyarakat penumpang agar jangan memaksakan diri menumpangi kapal yang melebihi muatan. Lebih baik menunda keberangkatan dari pada berspekulasi mengundang musibah. Ingat, setiap pengabaian terhadap keselamatan pelayaran efeknya pasti negatif.

Apalagi cerita tragis dibalik tenggelamnya KM Lulu Jaya mirip dengan kisah pilu tenggelamnya KM Acita (rute Tomia-Baubau) yang tenggelam beberapa tahun silam. Kelebihan muatan, plus petaka cari signal HP yang berujung maut.

Terakhir, mengenai kapal tenggelam, Pemkab sudah harus memikirkan untuk menyiapkan moda transportasi laut yang memadai bagi masyarakat Batuatas. Misalnya, menyiapkan kapal penumpang andal atau feri rute Batuatas-Baubau. Dengan demikian keselamatan penumpang lebih terjamin.

Alhasil, kisah tragis ini semoga menjadi episode terakhir. Tidak terulang lagi pada masa mendatang. Semoga. (Follow twitter: @irwansyahamunu)