Minggu, 16 Maret 2014

Caleg: Program atau Pasali?

MASA kampanye Pileg dalam bentuk rapat akbar mulai digeber kemarin. Semua kontestan Pemilu dari pusat sampai daerah ramai-ramai melakukan ritual pengantar pesta demokrasi tersebut.

Namun menilik realitas yang ada, kemeriahan Pemilu kali ini menurun drastis dibandingkan lima tahun lalu. Hal ini sangat dipengaruhi dengan berkurangnya secara drastis jumlah Parpol dibandingkan dengan lima tahun lalu dan pendeknya masa kampanye yang diberikan KPU kepada kontestan Pemilu.

Faktor penting lainnya, tampaknya kontestan Pemilu sadar bahwa bicara cas cis cus dihadapan pemilih sampai berbusa-busa kecil pengaruhnya untuk mempengaruhi mereka, tapi yang terpenting adalah "pukulan terakhir" melalui "pasali" atau serangan fajar. Tak heran, untuk yang satu ini sejumlah Caleg sudah menyiapkan pundi-pundi dalam mempengaruhi keimanan pemilih dengan angka berfariasi.

Memang ritual pesta demokrasi ini seluk-beluknya, masyarakat  sudah memahaminya diluar kepala. Sebab, masalahnya Parpol tidak menjalankan fungsinya secara maksimal dalam melakukan edukasi, representasi, agregasi, dan aspirasi. Mereka mendatangi rakyat ketika punya kepentingan politik misalnya Pileg atau Pilkada. Setelah itu, wasalam, putus hubungan.

Jadi, jangan heran bila ikatan antara rakyat dengan Parpol bersifat pragmatis, bukan ideologis. Relasi mereka bersifat transaksional, bukan ide atau berdasarkan program yang dijual Parpol dan para Calegnya. Toh, kalau pun sudah duduk di kursi, rakyat dilupakan.

Maka itu ketika para Caleg turun merayu rakyat, tak jarang pertanyaan muncul: berapa pasalinya? Alias berapa bayarannya?

Nah, kalau hal ini yang terus berlaku di negeri ini, maka membangun demokrasi bermartabat ibarat mimpi di siang bolong. Dampaknya, karena ongkos kursi mahal, biaya demokrasi selangit, maka setelah itu korupsilah yang merajalela. Salah satu buktinya indikasi korupsi perjalanan dinas fiktif di DPRD Baubau dan Wakatobi.

Jadi, mungkinkah Pemilu kali ini merubah semua tradisi dan budaya negatif tesebut?(follow twitter: @irwansyahamunu)