Kamis, 30 Agustus 2012

HTI BAUBAU GELAR LIQO SYAWAL


- Puluhan Tokoh Dukung Perjuangan Hizbut Tahrir

BAUBAU - Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Baubau menggelar Liqo Syawal (halal bilhalal), di Aula Panti Asuhan Muslimi, Rabu malam (29/8). Kegiatan yang bertajuk "Kokohkan Iman, Tegakkan Syariah dan Khilafah" itu diisi oleh pemateri dari DPP HTI, KH Muhammad Sidiq Al-Jawi.

Liqo Syawal yang dikemas dalam bentuk diskusi tersebut diahadiri oleh puluhan tokoh intelektual, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.

Dalam materinya Muhammad Shiddik Al Jawi menjelaskan, tiga alasan wajibanya menegakan syariat, yakni konsekuensi keimanan kepada Allah SWT. Kemudian syariat Islam sebagai solusi terhadap berbagai persoalan manusia yang terjadi saat ini. Alasan ketiga, syariat Islam ketika diterapkan dapat mendatangkan maslahat/kebaikan yang bukan hanya untuk Kaum Muslim, tapi juga buat seluruh umat manusia.

"Sebaliknya, jika syariat Islam tidak diterapkan, maka keimanan kita sebagai umat Islam perlu dipertanyakan, kemudian, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran pada surat Almaidah ayat 44,45, dan 47. Kemudian persoalan manusia tidak akan terselesaikan dengan benar, misalanya masalah ekonomi, riba saat ini dijadikan sebagai alat ekonomi yang digunakan masyarakat, dimana riba tersebut tidak membawa kemaslahatan, namun akan membawa kerusakan atau malapetaka kepada manusia," jelas Sidiq Al-Jawi di hadapan puluhan peserta.

Ia juga menyampaikan hasil survei yang telah dilakukan dan dilansir di salah satu media nasional, terkait pekerja seks komersial (PSK). Jumlah PSK di Indonesia saat ini mencapai 214 ribu orang, dimana dalam satu hari satu orang PSK bisa melayani 15 orang lelaki hidung belang. "Jika dikalikan, maka satu hari sebanyak tiga juta lelaki hidung belang yang melakukan hubungan seks di luar nikah," ungkapnya.

Kemudian akibat tidak diterapkannya syariat islam setiap tahun problematika umat terus meningkat, antaralian, kriminalitas, kemiskinan, pengangguran, korupsi, serta yang lainnya. Namun begitu, kata dia, syariat Islam secara menyeluruh tidak bisa diterapkan melaui kelompok atau individu, tapi bisa ditegakan melalui institusi negara, yakni Daulah Khilafah Islamiyah.

Memang, lanjutnya, syariat Islam bisa dilaksanakan secara indifidu, namun tidak semua syariah bisa dilakukan secara indifidu, namun harus dilakukan oleh masyarakat, dan negara. Pasalnya, syariat Islam itu memiliki cakupan hubungan manusia dengan Allah SWT, kemudian hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusian dengan manusia yang lain.

Hubungan manuisa dengan dirinya sendiri antara lain, shalat, puasa, zakat. Sementara hubungan manusia dengan dirinya sendiri, terkiat dengan manakanan, minuman, pakaian, dan ahlak. Sedangkan hubungana manusia dengna manusia yang lain yakni, terkait dengan muamalah, sanksi pidana, dan yang lainnya. "Untuk hubungan manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri bisa dilakukan secara indifidu, tapi mengenai hubungan manusia dengan sesamanya itu harus dilakukan oleh negara," jelasnya.

Penjalasan dari KH Muhammad Sidiq Al-Jawi ini mendapat respon dari tokoh masyarakat. Diantaranya LM Marzuki dan Drs Ancong La Wusu. Kedua tokoh tersebut memberikan dukungannya pada HTI dalam melakukan perubahan.

Para tokoh menilai, ada yang ganjil di negeri ini. Menurut Ancong La Wusu, negeri ini memiliki kekayaan yang melimpah, namun tidak memberikan kesejahteraan pada masyarakat, tetapi hanya dirasakan segelintir orang. (m1)