Kamis, 30 Agustus 2012

SEJARAH BICARA


(FKN VIII, Baubau Menuju Masa Depan)



KESULTANAN Buton pada masa lalu pernah menorehkan tinta emas sejarah peradaban di Nusantara. Kini di era yang berbeda, Kota Baubau, sebagai bekas pusat Kesultanan Buton, di bawah kendali Walikota Amirul Tamim memoles diri menjadi kota masa depan. Bagaimana kiat walikota dua periode ini menata kota  pemilik benteng terluas di dunia ini? Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan Radar Buton, Irwansyah Amunu.


--Festival Keraton Nusantara (FKN) yang dihelat tanggal 1-4 September nanti, sejauh mana persiapannya?

Pada prinsipnya sudah siap, sesuai dengan posisi kota kita, secara optimal kita sudah siapkan. Prinsipnya sudah siap.


--Monetum apa yang bisa dipetik dari FKN ini?

Pertama, untuk memperlihatkan kita ini bagian dari sejarah masa lalu, dimana negeri kita adalah bagian dari peradaban yang sudah jauh berkembang di  negeri kita. Kedua, daerah kita dalam konteks yang ada dalam sejarah perkembangan bangsa kita, harus kita akui juga punya peran-peran tersendiri dalam perjalanan kesejarahan.
Ketiga, untuk kita melihat negeri kita ini juga adalah negeri yang punya sejarah ekonomi yang punya potensi. Karena tidak ada satu kerajaan yang tumbuh tanpa ada potensi dan andalan ekonomi yang diandalkan. Itu hikmahnya. Kempat, momentum ini menjadi bahan evaluasi bagaimana kita mendesain kedepan masalah-masalah yang banyak, agar kita bisa sejajar dengan daerah-daerah lain.
Terakhir, bisa kita petik, suatu ikatan persaudaraan sebagai satu kesatuan bangsa yang multi etnis, mudah-mudahan pilar keragaman itu masih kokoh setelah FKN ini, itu yang ingin kita tanamkan.


--Adalagi poin yang lain?

Poin-poin yang lain dalam kegiatan ini ada beberapa kegiatan diskusi-diskusi seminar yang mengkaji bagaimana pendekatan budaya dalam mengelola kehidupan berbangsa bernegara khususnya dalam membangun daerah. Kemudian kita ingin melihat juga bagaimana konteks ketahanan nasional dilihat dari sisi potensi-potensi kebudayaan.
Dan mungkin satu hal yang perlu dikaji, ditemukan, negeri Buton dalam sejarahnya  dia dalah suatu negeri yang keragaman cukup heterogen, tapi catatan-catatan  yang ada, jarang, tidak pernah ada konflik-konflik horisontal yang melibatkan kelompok antar etnis dan lain sebagainya. Sehingga kita bisa menguak kembali kerusuhan dimana-mana , ketika lari ke negeri Buton dia bisa aman. Ini yang bisa kita lihat sebagai momentum dari Festival Keraton Nusantara ini.


--FKN, iven nasional, diselenggarakan di Baubau, bukan ibukota provisni, poin strategis apa yang bisa dipetik?

Itu untuk membuktikan sejarah tidak bisa kita dihilangkan begitu saja, bahwa sejarah negeri Buton, Baubau pusat Kesultanan Buton, pernah menjadi ibukota Kabupaten Sulawesi Tenggara. Ini menjadi motivasi tersendiri, Baubau harus dipersiapkan untuk menjadi ibukota Buton Raya di masa yang akan datang. Momentum yang memperkuat kita dalam posisi seperti ini.


--Selama Buton ini lahir sebagai daerah otonom, dan sekarang sudah mekar menjadi beberapa daerah otonom, nanti sekarang ketika bapak jadi walikota Baubau baru bisa jadi tuan rumah FKN. Apa hikmah dari semua ini?

Ini tidak jadi begitu saja,  tapi bagian dari konsep kita dalam mengembangkan  daerah.  Seperti yang saya katakan tadi negeri ini punya sejarah panjang, dalam sejarah panjangnya dia mempunya peran-peran strategis, oleh sebab itu ketika kita jadi daerah otonom tahun 2003 kita mulai mengangkat potensi ini dengan mulai melakukan revitalisasi semua peninggalan-peninggalan sejarah kita.
Kemudian seperti yang sering saya katakana, jangan menunggu orang lain yang mengungkap kita, tapi kita yang harus mengungkapnya. Dari cerita-cerita masyarakat dan itu sudah kita laukukan,  dan endingnya kita harus harus bisa menjadi pusat kegitan nasional dalam konteks kebudayaan.


--Artinya posisioning Baubau sudah di level nasional?

Kita sudah pernah menyelenggarakan iven nasional maupun internasional. (Sebelumnya Kota Baubau menjadi tuan rumah Simposium Internasional Pernaskahan yang dihadiri sejumlah Negara di dunia)


--Bagaiman hajatan ini dikaitkan dengan visi bapak di periode kedua, yang ingin  menjadikan budaya produktif?

Itulah yang saya katakan, ini tidak terjadi begitu saja tapi bagian dari konsep untuk  menjadikan daerah ini sesuai dengan sejarahnya dengan kekuatannya, disana ada budaya dan itulah yang kita wujudkan dalam visi kita. Menjadikan Baubau Budaya yang produktif, tentu pagelaran Festival Keraton ini memberikan nuansa ekonomi masyarakat, tidak sedikit nantinya uang yang berputar,  miliaran.

--Infrastruktur kita sudah memadai untuk menggelar iven ini?

Memadai. Memadai.


--Dengan festival ini, sejarah bicara.  Posisi negeri Buton masa lalu dikembalikan?

Memperkokoh keberadaannya dalam konteks yang berbeda. Dulu pusat peradaban, sekarang dalam konteks sebagai pusat perdagangan, pusat pemerintahan bagi Buton Raya, atau pusat percontohan Kawasan Timur Indonesia yang pernah kita dengungkan.


--Bukankah ini bisa dilihat dari sejumlah infrastrukltur yang dibangun di Baubau seperti Terminal Suplai BBM bagi Kawasan Timur Indonesia, dan pembangunan PLTU. Apakah ada hal lain?

Pelabuhan. Kalau kita lihat sebagain pedagang Maluku membeli barang di Baubau. Maluku, Papua, barang-barangnya diangkut kapal Pelni, dan aneka kapal lainnya.


--Sejarah bicara tidak hanya masa lalu, tapi di tangan bapak dua periode sejarah dikembalikan, kejayaan bukan hanya pada masa lalu tapi juga masa kini?

Ya,  ya. Sudah berapa buku yang coba kita fasilitasi untuk terbit, termasuk terakhir kliping Giant Buton Raya.


--Kira-kira rumus apa yang bapak gunakan membuat episode-episode pembangunan yang berkesinambungan selama dua periode?

Yang pertama, pembangunan itu harus satu kesatuan sistem, jadi kita sebenarnya tidak boleh keluar  dari pembangunan yang dirumuskan, semua sektor harus dapat tersentuh. Seperti dalam visi misi saya yang lalu, tiga pilar: pemerintah, masyarakat, dan anugerah ilahi.  Anugerah ilahi itu,  sumber daya alam, termasuk geografis. Kemudian yang punya peran, pemerintah, masyarakat, dan anugerah ilahi, ketiganya akan jadi kekuatan besar kalau diikat dengan budaya dan agama.
Oleh sebab itu pembangunan daerah harus sebagai satu kesatuan sistem, masyarakat, pemerintah, dan anugerah ilahi, perekatnya, pengikatnya utuhnya adalah budaya dan agama.  Maka itu, setiap langkah pembangunan, kita harus bisa memberikan perekatnya budaya dan agama.
Itulah kita bangun islamic centre, memelihara ritual-ritual yang sesuai, seperti Gorana Oputa,  Qunua. Bagaimana pembangunan majelis taklim, Ponpes, rumah-rumah ibadah. Rumah-rumah ibadah di Baubau, semua rumah ibadah, apakah masjid,  gereja, pura,  dan lain sebagaianya.


--Apa yang bapak lakukan sehingga sejarah tidak hanya bicara pada masa lampau, tapi juga masa kini?

Kita melangkah menuju ke masa depan, masa depan itu tidak bisa dipisahkan dengan masa kini. Masa kini adalah sasaran antara dalam menyongsong masa depan, tapi sasaran antara ini kan harus melewati masa lalu. Masa lalu, masa kini, dan masa depan, satu kesatuan tidak boleh punya gap (jarak) yang jauh, harus bagian dari rantai jalur yang harus berjalan. Jalannya itu ada yang berjalan sebagai Sunatullah, dan ada yang berjalan sesuai dengan rekayasa-rekayasa dari kajian-kajian akademis dan lain-lain.

--Bicara masa depan, bagaimana posisi Baubau untuk masa depan?

Harus dalam konsep. Tidak bisa tiba masa tiba akal. Konsep, perencanaan yang matang.(one.radarbuton@gmail.com)