Minggu, 30 Desember 2012

-Risalah Walikota Amirul pada Tahun ke-10

Baubau Pasar Besar, Jangan Kedepankan Politik



TIDAK lama lagi, Amirul Tamim akan melepaskan jabatan Walikota Baubau. Selama 10 tahun menjadi "01" banyak keberhasilan yang ditorehkannya. Terkait capaiannya selama satu dekade, suami Ny Yusni ini membaginya kepada Radar Buton. Inilah kesan dan pesannya yang dibagi secara eksklusif kepada wartawan koran ini, Irwansyah Amunu.


--Selama 10 tahun terakhir bapak memimpin, sejauh mana pencapaian Baubau selama ini?

Jadi, Baubau dalam 10 tahun terakhir ini, dalam kapasitas Baubau dalam tahun ke-12 sebagai daerah otonom, memang harus kita akui Baubau akan memikul beban yang sangat berat di masa yang akan datang dengan melihat dinamika Baubau 10 tahun terakhir. Posisi beratnya yang pertama, ada beberapa infrastuktur yang belum dapat kita rampungkan dalam 10 tahun terakhir yang seharusnya Baubau beberapa infrastuktur itu selesai dalam tahun ke-9.

Yang pertama, pelabuhan kita diakhir tahun ini belum bisa berfungsi optimal, karena ruang terbatas, bandara belum bisa terlalu optimal, dan ketiga listrik belum juga jalan sesuai skenario yang telah ditetapkan.

Kemudian ruang Baubau sendiri sangat terbataas, lalu daerah-daerah sekitarnya belum siap, sehingga semua aktivitas yang harusnya sudah tumbuh di daerah sekitar kita, belum tumbuh. Sehingga beban ini akan dipikul Baubau. Oleh sebab itu, strategi kita melihat ini, bagaimana mengkondisikan Baubau diakhir tahun ke-10 dengan konsepsi strategi sebagai tahun pemantapan.

Sebagai tahun pemantapan untuk menghindari beban-bebanan kota, kita memperkuat infrasktur jalan, agar dinamika ini bisa cepat dan tidak terlalu mahal dipukul oleh beban. Kemudian bagaimana jalur-jalur keluar kota kita lengkapi dengan lampu-lampu jalan agar orang selesai berurusan di Kota Baubau, bisa pulang sehingga kota ini tidak memikul beban yang berat.

Selanjutnya seluruh bibir kota diperkuat, dengan katakanlah Dermaga Sulaa diperkuat, Terminal Lakologou diperkuat agar semua tidak dipukul daerah-daerah pusat kota. Kemudian, kita menjadikan Baubau sebagai pasar besar. Yang kita maksudkan agar jual beli beberapa kebutuhan pokok masyarakat bisa ditanggulangi kawasan masing-masing, sehingga disemua kawasan ada tumbuh Ruko, kios. Aktivitas jual beli lain, daerah pinggiran tumbuh dari daerah-daerah pinggiran mulai tumbuh Ruko, kios-kios. Daerah Bungi, Wanajati sudah mulai ada, kemudian sampai masuk Waruruma, di daerah Sulaa sana mulai tumbuh sehinggga Batauga tidak perlu masuk ke kota. 

Beberapa pusat-pusat Ruko tumbuh. Toko-toko sudah mulai buka sampai malam hari, kemudian kebutuhan-kebutuhan masyakat bisa dibeli, menunda beli siang hari, bisa belanja pada malam hari
, sehingga beban kota tidak terlalu berat. Dan beberapa hal lagi, hal-hal mungkin karena harus kita menghitung daya dukung Kota Baubau dengan beban yang saya gambarkan tadi.



--Bagaimana dengan daya dukung infsarktur yang ada? Apakah sudah memadai? Penciptaan infrasktur ini sampai berapa lama melihat kondisi daerah sekitar Baubau yang belum siap?

Jadi, memang segera sekarang, kita agak terlambat, dalam satu tahun, malah dua tahun kita terlambat, karena adanya gangguang di tahun-tahun awal kita memulai Kota Baubau. Seperti anda lihat, bagaimana kita menyiapkan kawasan Palagimata, simpang lima, kawasan Sulaa dengan konsep daerah-daerah terbangun. Kemudian kita membuka kawasan-kawasan baru di Palatiga, Wolio Indah, Bukit Wolio, BWI. Kemudian bagaimana kita membuka Kota Satelit Lealea untuk mengarahkan agar beberapa kawasan-kawasan itu tumbuh, dengan membuka jalan-jalan baru
.


Nah, usia konstruksi jalan-jalan ini belum bisa kita aspal karena baru satu tahun, dua tahun. Idealnya jalan-jalan yang kita buka itu, tiga tahun usia konstruksinya baru diaspal kalau kitu mau mendapatkan kualitas yang baik. Tapi kita agak terlambak karena ada gangguan-gangguan di tahun-tahun pertama terhadap kebijakan-kebjikan yang kita bangun, tapi itulah pengalaman yang ada untuk Kota Baubau dalam 10 tahun terakhir.

Untuk itu kita berharap, masyarakat tidak usah ragu, untuk membangun rumah tidak berhimpit di daerah pusat-pusat kota. Berani membangun rumah di daerah yang kita baru buka. Begitu juga untuk membuka pusat-pusat ekonomi, pertokoan, tidak usah ragu memulai investasi di daerah luar. Karena kota ini akan bergerak secara seimbang, dengan kita memperkuat infrastruktur-infstruktur yang ada, sehingga aktivitas ekonomi masyarakat akan melawati semua jalur-jalur yang ada.

Penyebaran pusat-pusat kegiatan sosial juga, ini kita perkuat dengan membangun Puskesmas, fasilitas-fasilitas kesehatan di Puskesmas. Sehingga layanan-layanan itu tidak perlu harus ke Rumah Sakit, tapi bisa ditanggulangi tingkatan-tingkatan tertentu di Puskesmas.



---Tahun pemantapan dengan kondisi Baubau yang diganggu pada awal-awal, kira-kira pemantapan dicapai Baubau sudah berapa persen?


Ya, kita berharap di tahun 2013, ini kita bisa rampungkan semua, sehingga kita sudah berada pada posisi 80 sampai 90 persen lebih dari pada infrastruktur di kawasan-kawasan pusat kota ini, sudah relatif baik. Sehingga kita berharap, bahwa tahun-tahun berikutnya sesuai dengan usia konstruksi dari kawasan-kawasan kita buka itu, sudah bisa dilakukan untuk pembenahan peningkatan kualitas kawasan-kawasan itu.


---Ada yang bertanya soal jalan, jalan di Baubau ini sudah bagus, mengapa jalannya yang bagus diaspal lagi?

Karena memang kota yang penuh beban begitu, bila tidak didukung infrastruktur memadai, itu akan dipikul mahal masyarakat Baubau sendiri. Karena aktivitasnya terlambat, fasilitas yang digunakan bisa cepat rusak, kemudian akan memilih pada jalur-jalur tertentu yang baik. Akibatnya pada jalur-jalur yang baik terjadi kepadatan
-kepadatan
 tertentu. Sehingga jalur-jalur jalan yang tidak baik itu bukan jadi pilihan. Oleh sebab itu kita berharap Kota Baubau ini jangan sampai jalur tertentu saja yang baik, harus menyebar.

Dengan kondisi begitu berarti ada tingkat kelancaran dan efisiensi yang akan didapatkan masyarakat dan kemudian distribusi pusat-pusat kegiatan terbagi dengan seimbang. Sehingga tidak ada kawasan yang padat dengan kegiatan, dan tidak ada kawasan yang sepi. Maka itu, fenomenanya anda bisa lihat, hampir semua sudut-sudut Kota Baubau sudah mulai terbuka kios-kios, pedagang-pedagang sudah bisa tumbuh di kawasan-kawasan itu.



--Terus, sudah berapa besar masyarakat yang menilai Baubau ini Pasar Besar? Kan ini bicara investasi, berapa derajat kesadarana masyarakat melihat Baubau ini sebagai Pasar Besar kemudian mereka melakukan kegiatan ekonomi dan kepastian berusaha?


Sebenarnya kalau kita melihat, sudah sekitar 60 persen dari pelaku ekonomi sudah melihat Baubau mengarah pada kondisi Pasar Besar. Tapi ini masih di luar kesadaranya. Dia masih berada pada investasi-investasi sementara, atau investasi masa depan.

Karena kita sempat terganggu dengan kampanye-kampanye Pilkada, dimana ada satu dua kandidat ingin lagi membangun pasar, pusat-pusat perbelanjaan baru. Padahal menurut hemat saya, jangan masyarakat kita diracuni dengan membangun kawasan-kawasan baru, karena berapa pun kita membangun pusat-pusat perdagangan baru itu tidak akan mamppu menampung pelaku-pelaku ekonomi kita.

Oleh sebab itu kita jadikan Baubau sebagai Pasar Besar, karena kita ingin arahkan pelaku ekonomi di Baubau yang tadinya skala usahnya melayani Baubau dan daerah disekitar Baubau, tapi dengan konnsep kita mereka diharapkan menjadi pelaku-pelaku dengan skala layanan tidak hanya di Baubau. Tapi sampai di Pulau Buruh, dan ini sudah terjadi. Skenario ini sudah jalan, sudah sebagian dari pelaku-pelaku ekonomi sudah melayani Maluku, Papua, Sulawesi Tengah.

Dan kita harapkan lagi, jangkauannya ke depan, lebih luas, lebih besar, lebih beragam. Sehingga Baubau bukan hanya melayani Baubau atau sekitar Buton Raya saja, tapi kita berharap skala usahanya bisa lebih besar. Skenarion ini beberapa tahun sudah kita fasilitasi dan sudah jalan. Oleh sebab itu kita perkuat perbankan, bagaimana perbankan-perbankan besar bisa masuk di sini, seperti itu.



--Berarti dengan kata lain, bapak ingin menjadikan maskyarakat berjiwa enterpreneur?

Ya, harus begitu.


--Bagaimana kesadaran masyarakat menjadi enterpreneur dengan segala potensi yang dimiliki Baubau?

Inilah yang ingin kita mendorong agar masyarakat-masyarakat pelaku ekonomi membangun kesadaran. Kemudian memperkuat dirinya sendiri, dan menghindari konflik. Menghindari untuk diskusi-diskusi politik saja, tapi bagaimana mereka melihat peluang-peluag yang lebih besar. Bahwa pasar kita ada di daerah Maluku, ada di daerah Sulawesi Tengah, ada di daerah Papua.

Perkuat bagaimana armada-armada Semut ini bisa kembali berperan. Dari Maluku datang membawa rumput laut, membawa kopra, membawa hasil-hasil laut. Kemudian menjualnya di Baubau, setelah itu mereka berbelanja di Baubau, dan beli barang-barang apa saja di Baubau untuk dibawa kembali ke sana. Fenomena ini sudah terjadi. Oleh sebab itu fenomena ini harus ditangkap pelaku-pelaku ekonomi Baubau untuk bagaimana memberikan layanan terhadap daerah sekitar.

Yang sering saya katakan, daerah-daerah kepualauan di Maluku, Maluku Utara, Papua, adalah orang kaya-orang kaya baru. Yang tentu kebutuhannya terhadap bahan-bahan campuran, rumah tangga, mobiler, bahan bangunan, elektronik, dan lain sebagainya. Itu permintannya akan meningikat, termasuk Sulawesi Tengah.




--Artinya kita punya potensi bakat alam seperi itu sejak lampau, disisi lain pemerintah sudah menciptakan iklim, tinggal masyarakat menangkap  peluang? Kalau tidak mereka menjadi penonton dan pelakunya dari luar?

Itu bisa terjadi kalau kita terjebak dalam diskusi-diskusi sempit. Kemudian orientasi, jangan orientasi kita hanya di politik, semua mau menjadi angggota DPR, semua mau jadi tim sukses. Lebih baik menjadi tim sukses dari jenis usaha, karena kita punya posisi strategis.

Sebentar lagi pelabuhan kita akan kuat, pelabuhan kita, satu dua tahun depan akan kuat. Satu dua tahun ke depan bandara sudah kuat. Satu, dua, tiga tahun akan datang daerah belakang kita ke Buton Utara kemungkinan infrastrukturnya sudah semakin membaik, ke Pasarwajo daerah lingkar Pasarwajo, lintas Kamaru-Baubau juga sudah meningkat.

Bisa umpamanya bagaimana ke Muna infsraturkturnya sudah semakin membaik, itu yang harus kita jemput. Tapi jangan kita terlena menunggu itu, ada peluang kita, ada Sulawesi Tengah yang bisa diikat dengan kapal-kapal Baubau-Banggai. Ada Maluku, bisa mengikat bagaimana komuditas-komuditas yang sering masuk ke Baubau.

Untuk itu kita bikin bagaimana daerah kita punya daya saing, bagaimana kita membuat imej, harga barang di Baubau jauh lebih murah dibanding dengan daerah-daerah lain. Atau setidak-tidaknya dari hitungan-hitungan ekonomis Baubau masih memiliki daya saing yang kuat untuk itu.



--Soal enterpreneur, tips-tips apa dijadikan pegangan masyarakat untuk jadi enterpreneur?

Pertama, mari kita semua orang Baubau dan disekitar Baubau, melihat posisi Pulau Buton ini berada di kaki depan Pulau Sulawesi.

Kedua, orang Buton berada di daerah-daerah yang akan menjadi target pasar kita. Orang Buton ada disebagian besar di Maluku, Papua, Sulawesi Tengah, disekitar Luwu, Banggai. Ada di daerah NTT, Maumere dan sekitarnya. Itulah target-target pasar yang bisa dilayani yang mempunyai daya saing ketimbang daerah lain. Sehinggga ini adalah peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan masyarakat Baubau sebagai pelaku  eknonomi.

Ketiga, daerah yang kita sebutkan juga penghasil komuditas, baik hasil bumi maupun hasil laut. Mereka ini tentu hasil lautnya bisa menjadikan Baubau sebagai titik kumpul dari hasil-hasil laut itu. Dikumpul disini, dikemas disini. Kemudian bagaimana setelah disini baru dibawa ke daerah-daerah industri lebih lanjutnya, katakanlan Surabaya, Makassar, dan sebagainya.



--Berikut, birokrat, kira-kira bagaimana bapak melihat birokrat kita selama 10 tahun? Bagimana kualitasnya? Bagaimana tingkatan mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat?

Jadi, tantangan birokrat ke depan sangat besar sekali. Kalau birokrat hanya terjebak di dalam bagaimana dia mau mendapat jabatan karena kedekatan, maka ini menjadi tantangan besar bagi birokrasi kita ke depan. Karena tuntutan birokrasi ke depan adalah profesionalitas, kemampuan, daya saing, penguasaan teknologi.

Ke depan layanan-layanan birokrasi, kemungkinan kita tidak lagi tatap muka. Layanan-layanan birokrasi, masyarakat ingin mendapatkan layanan tidak perlu datang ke kantor walikota. Kemungkinan dari rumahnya meminta untuk dapat dilayani, dan dia bisa berkomunikasi dari rumahnya.

Melalui fasilitas-fasilitas teknologi yang ada, dan ituah yang kita siapkan sebenarnya Baubau. Bahwa layanan-layanan ke depan adalah layanan-layanan sesuai dengan kemajuan teknologi. Sementara disebagaian kecil bagian birokrasi kita masih mengandalkan untuk peningkatan dan kapasitasnya dengan kedekatan-kdekatan personaliti. Dan itu tidak akan laku dua tiga tahun ke depan, sangat berbahaya.

Oleh sebab itu kita juga tidak perlu pesimis, karena birokrasi Baubau, kader-kader muda birokrasi cukup banyak yang kita siapkan untuk itu. Dan infrastruktur secara bertahap sudah kita siapkan. Ingin yang saya pesankan, pelayanan birokrasi ke depan tidak menutup kemungkinan dan itu akan terjadi, masyarakat mendapatkann layanan-layanan kalau perlu dari kamar tidurnya dia mendapatkan layanan pemerintahan melalui teknologi informasi. 



--Persoalannya
 kader muda kita banyak, kader tua banyak? Bagaimana melakukan normalisasi?

Menurut hemat saya, itu tantangan birokrasi kedepan. Kalau tidak bisa menyiapkan diri dari sekarang, maka dia akan tergeser dari tuntutan suasana. Kalau ingin kita sesuaikan, tapi masih terjebak dengan itu, maka akan jadi kendala sendiri.




--Bahayanya jangan sampai masyarakat lebih cerdas dari birokrat?

Dan itu bisa terjadi, kalau semua elemen birokrasi tidak sadari itu
.




--Bagaimana bapak membaca suasana kebatinan ini, apakah ini bisa menjadi bahaya?



Oleh sebab itu, ini menjadi ancaman di tahun-tahun mendatang kalau kita tidak siapkan. olehnya itu Baubau mulai beberapa tahun lalu kita menerobos untuk menjadi ciber city. Kemudian bagimana kita terapkan e-goverment di Pemkot Baubau, semua SKPD sudah terkoneksi.

Kemudian kita bentuk UPTD untuk IT, lantas kita masuk ke jaringan nasional, malah kita melompat pada jaringan internasional. Ini semua adalah langkah-langkah strategis untuk menjemput suasana masa depan yang memang suka atau tidak suka, itu yang akan terjadi. Itulah obsesi yang selama ini kita bangun. Sementara memang, masih ada satu dua yang tidak sadar, tidak mempersiapkan diri untuk itu.




---Infrastruktur dibangun, birokrat disiapkan, masyarakat disadarkan. Apakah masih ada sisi lain yang perlu dibenahi?

Kota ini akan berkembang menuju kondisi-kondisi, suka atau tidak suka tapi dinamikanya akan tinggi. Baubau ini, dengan ruang yang sangat terbatas, kalau tidak dapat dikendalikan dengan baik, akan menjadi ruang konflik yang besar.

Untuk itu, beberapa instrumen kita sudah membangunnya lebih. Bagaimana kita membangun rumah-rumah ibadah, katakanlah bagaimana kita dukung, Masjid Raya insya Allah sudah rampung. Insya Allah Islamic Center mudah-mudahan tahun depan sudah rampung.

Kemudian kita cerminkan rumah ibadah lain tampilamn-tampilan rumah ibadah lain, gereja, semua mencerminkan suasana keharmonisan. Lalu revitalisasi fasilitas budaya kita, bagaimana tahun 2006, 2005 kita revitalisasi malige, 2008 Kamali Baadia, bagaimana tahun 2011 revitalisasi Kamali Batulo, situs-situs yang lain diperkuat.

Menyimbangkan kemajuan Baubau dalam era modernisasinya
, tetapi diimbangi dengan pembangunan mental sipiritual dengan simbol-simbol fisik masjid,
Islamic Center, gereja, dan pura yang ada di Ngakring-ngakring, mecerminkan suasan keharmonisan hidup beragama.

Kemudian kampus tumbuh, Unidayan tumbuh, UMB tumbuh, perguruan-pergurun tinggi lain tumbuh. Sehinggga generasi Baubau berlomba-lomba menciptakan kualitas intelektualnya.

Dunia perbankan tumbuh untuk mendukung dinamika ekonomi Baubau. Pemerintah mempunyai kewajiban memperkuat infrastruktur
. Itulah bagimana kita memperkuat pelabuhan, bandara, listrik, jalanan semua dan sebagainya
. Dan ini harus seiring seimbang, sehingga
sehingga tumbuh dalam keseimbangan, kesetaraan, dan menciptakan suasana kondusif.

Ruang Baubau harus menjadi ruang ekonomi, sehingga orang yang berusaha rajin bisa memilih tempat di mana saja bisa mendapatkan peluang-peluang ekonomi. apakah sebentar dia jual es di Palagimata, juga laku karena ada orang lewat. Bagaimana orang pergi umpamanya di arah Batauga, di sana orang aktivitas sudah sama. Jual-jual cendol, kasoami di pinggir jalan dengan ikan bakar sudah hidup. Beberapa jual-jual pulsa, buka kios, buka toko, kios-kios ada yang berjualan sampai 24 jam sehingga kebutuhan orang terpenuhi.

Dan ini semua harus menjadi jiwa dan roh Baubau, enterpreneur. Tapi syaratnya itu saja tadi. Insya allah dalam 10 tahun itu, kami sadar, ini harus terwujud.

Insya allah Islamid Center akan selesai, mudah-mudahan puasa akan datang bisa dipakai tarwih, kemudian aktivitas-aktivitas untuk syiar Islam melalui gedung Islamic Center bisa dimanfaatkan untuk tempat-tempat kegiatan, dan ruang-ruang Baubau.



--Terkait kemajuan Kota Baubau, Sultra dipetakan dua. Sultra Kepulauan salah satu kiblatnya di Baubau. Dengan kemajuannya, apa harapan bapak kepada Baubau ke depan?

Tentu harapan saya, yang pertama, menjaga Baubau sebagai daerah yang kondusif, karena itu adalah syarat mutlak untuk adanya aktivitas yang positif.

Yang kedua, pelihara yang sudah ada. Kemudian bagaimana menciptakan hal-hal baru sesuai dengan rencana-rencana pemerintah yang akan datang. Dan masyarakat tentu diharapkan memberikan dukungan yang positif memainkan dinamika-dinamika yang akan datang.

Ketiga, mari kita bercermin dengan daerah lain yang sering terjadi konflik, maka Baubau hindari kondisi-kondisi itu.

Dan ke keempat, harus tetap Baubau mencerminkan daerah yang mempunyai kehidupan beragama, dan kehidupan keragaman sebagai suasana yang betul-betul menjadi modal besar bagi Baubau.



---Dalam pembangunan, terdapat dua aspek penting, masyarakat dan pemerintah. Masyarakay cenderung berbuat secara alami, sedangkan Pemerintah pasti melakukan rekayasa. Bagaimana rumusan yang bapak terapkan selama ini sehingga tidak mematikan, tapi saling mendinamisasi?

Itulah rekayasasa yang dilakukan pemerintah harus berlandaskan kajian akademis,
lantas harus dilihat apakah secara teknis bisa dilaksanakan, lalu apakah didukung aturan-aturan yang ada, baik aturan nasional maupun aturan-aturan yang ada di lokal. Kemudian rekayasa itu tidak bertentangan dengan norma-norma maupun adat istiadat di Baubau.

Kalau keempat kriteria itu sudah terpenuhi,
 insya Allah rekayasa itu lakukan terus, pada saatnya juga masyarakat akan bisa memberikan repson postif terhadap rekayasa itu. Tetapi bilamana rekayasa itu tidak didasarkan pada kajian-kajian yang saya sebutkan tadi maka susah akan ketemunya rekayasa. Tidak bisa kawin. Malah mungkin akan menjadi konflik baru, dan akan dibayar mahal oleh masyarakat.

--Jadi untuk mengawinkan empat maharnya?

Jangan politik dikedepankan, kajian politiknya terakhir. Karena kalau segala sesuatu dilihat dulu bagaimana asapek politisnya, maka disitulah awal persoalan yang kemungkinan tidak akan sinergi. Yang kemungkinan tidak akan sinergi dengan sifat alam.(one.radarbuton@gmail.com)