Senin, 14 Januari 2013

"Kutu Loncat" tak Punya Ideologi

--Monianse: Ada Mekanisme jika Ingin Bergabung




BAUBAU--

Menciutnya Parpol tinggal 10 merupakan momen untuk melihat politisi yang memiliki ideologi dalam berpoltik. Bila pindah partai alias menjadi "kutu loncat", mereka dinilai tidak memiliki ideologi.

Demikian penilaian salah seorang pengajar di FISIP Unhas Makassar, DR Tasrifin Tahara melalui pesan BlackBerry Messenger (BBM) yang dikirimkan pada koran ini, kemarin.        

"Ini dilematis bagi plolitisi di daerah, putusan ini menurut saya momen meihat politisi yang memiliki ideologi dalam berpoltik. Kalau dia memiliki ideologi mereka tidak akan menjadi kutu loncat," bebernya.

Menurutnya, kondisi ini terjadi karena kesepuluh partai yang lolos memberi ruang kepada figur-figur politik untuk menjadi kutu loncat di partai yang lolos. Baginya, ini kesempatan masyarakat untuk menilai mana politisi yang memang berideologi dalam berpolitik dengan konsisten berjuan untuk rakyat, meski tanpa jalur parlemen atau menjadi politisi yang "kutu loncat" karena ideologi pragmatis.

Iping --sapaan Tasrifin Tahara-- memandang kondisi 10 partai ini terjadi kembali seperti Pemilu tahun 1971. "Rakyat juga tidak terlalu bingung dengan banyaknya partai, padahal ideologi partai politik kan hanya dua, nasionalis dan agamais.

Dia memprediksi dalam konteks Sultra dan kota/kabupaten, akan banyak politisi yang akan melirik PAN sebagai "rumah" favorit yang dijadikan batu loncatan politisi pragmatis. Ini tidak bisa dipungkiri karena PAN memiliki kapital kuasa yang memberi harapan bagi para politisi pragmatis tersebut.


Memang keputusan hasil verifikasi KPU Pusat yang menetapkan 10 partai politik yang dinyatakan lolos untuk mengikuti pemilu legislatif 2014/2019 sudah pasti membuat sejumlah kader partai yang dinyatakan tidak lolos verifikasi kewalahan. Jika ingin maju kembali dalam pertarungan kursi legislatif mau tidak mau, kader partai yang dinyatakan tidak lolos harus bergabung atau masuk diantara 10 partai yang ditetapkan lolos verifikasi.

Secara terpisah, dikonfirmasi koran ini, Ketua DPC PDIP Kota Baubau, La Ode Ahmad Monianse mengaku saat ini sejumlah kader partai lain yang dinyatakan tidak lolos verifikasi sudah melakukan komunikasi kecil dan pendekatan untuk masuk ke PDIP. Namun secara paten untuk bergabung belum bisa dipastikan karena ada mekanisme yang harus dilalui.

"Kalau mau menyatakan diri bergabung secara paten belum ada tetapi untuk komunikasi kecil sudah ada yang melakukan itu ke PDIP," jelasnya.

Dia menambahkan mekanisme bergabung dengan PDIP diatur dalam skep DPP PDIP. Kalau ada anggota Parpol lain yang ingin bergabung tentu akan diperhatikan penerimaannya ditingkat masyarakat. Jika yang bersangkutan memungkinkan dan memiliki komitmen membesarkan partai maka diberi peluang untuk diakomodir. Tapi jika dalam kehidupan sehari-hari selalu bertentangan dengan kepentingan orang banyak, tidak ada tolelir.

"Calon-calonnya pun kami akan pilih dengan selektif untuk memilih orang yang benar-benar resistensinya itu kecil atau daya tolaknya di masyarakat itu kecil. Kita cari yang sempurna memang tidak mungkin tapi kita cari yang resistensinya itu kecil," tuturnya.

Kata dia, saat ini tahapan penjaringan yang dilakukan PDIP sudah hampir rampung 100 persen. Setelah itu akan dilakukan seleksi. Dalam tahap seleksi nanti PDIP secara khusus menerapkan sistem psikotes, sehingga tidak serta merta semua calon yang mendaftarkan diterima dan lolos.

Menurut Monianse sebagai partai terbuka, PDIP juga akan seleksi ideologi karena pihaknya tidak mau masukan orang baru di dalam partai yang kemungkinannya bisa melakukan pengrusakan. "Makanya itu harus ada seleksi ideologi. Setelah itu langsung terima KTA. Jangankan dari partai lain, orang dari PDIP pun yang pernah calon di partai lain tahun 2009 maka tidak kami ikutkan karena ideologinya sudah tidak utuh," tutupnya.(p12/iwn)