Minggu, 10 Februari 2013

Anomali Mutasi

GERBONG mutasi birokrasi di Pemkot Baubau akhirnya bergerak. Genap sepekan berkuasa, akhirnya Drs AS Tamrin MH merombak kabinetnya.

Sedikitnya, 14 pejabat eselon II, III, dan IV yang dilantik. Diantara nama-nama yang mendapatkan promosi di eselon II, tidak ada muka baru, semuanya nama lama, Amiruddin (Kadishub) dan Masri (Kadis Dikmudora).

Eselon III, entah karena sudah tidak ada lagi birokrat di Pemkot, dari guru ada yang dipercaya menjabat camat.

Yang menarik dari mutasi pertama di kabinet Tamrin-Maasra (TAMPIL MESRA) ini, kendati hanya dua yang dilantik sebagai pejabat eselon II, namun yang non job di eselon ini nyaris empat kali lipat, alias tujuh orang. Masing-masing, Kostantinus Bukide (Kadishub), Yansur (Kadis Dikmudora), Buhayu (Staf Ahli), Abd Wahid (Kepala BKD), Muirun Awi (Staf Ahli), Hasan Ginca (Kasat Pol PP), dan H Naam (Kepala Inspektorat).

Sehingga jangan heran, bila yang dilantik secara resmi pekan lalu sebanyak 14 orang, namun yang non job kurang lebih 20 orang. Sebab di jabatan eselon II saja, dua yang dilantik, namun pejabat eselon ini yang kehilangan jabatan, delapan orang. Artinya, enam kursi di eselon II, lowong, belum ada pejabat definitifnya.

Kepala BKD misalnya, Wahid sudah kehilangan jabatan, namun untuk sementara kursi tersebut dikendalikan Asisten III Setkot, Muhammad Zakir. Nasib serupa dialami Buhayu, Muirun Awi, Hasan Ginca, dan H Naam.


Defisit antara jumlah pejabat diproyeksikan mengisi jabatan, dan pejabat yang di-non job itulah menimbulkan sejumlah anomali atau keanehan dalam mutasi.

Kalau hendak mengganti pejabatnya, kenapa dilakukan dengan langsung mengosongkan pejabatnya? Bukankah baik jika sudah ada penggantinya, lantas dilakukan mutasi? Kemudian, apa tidak lebih elok lagi bila yang diganti direposisi ke jabatan lain? Tidak lantas "dihabisi"?

Anomali yang lain, sebelumnya Tamrin sudah menyatakan akan melakukan Fit and Proper Test atau uji kelayakan dan kepatutan untuk mengisi jabatan. Namun yang terjadi, hal tersebut tidak dilakukan. Sebagai bukti saat pelantikan pejabat dimutasi ada yang sedang berada di luar daerah. Jadi mustahil tes tersebut dilakukan.

Alhasil, suasana yang terjadi di birokrasi sekarang adalah kegalauan. Apalagi saat Pilkada lalu tidak sehaluan politik, mereka kini sedang menanti SK pemberhentian dari Jabatan. Sementara yang sehaluan menerima SK promosi.

Dari semua hiruk-pikuk di dunia birokrasi tersebut, apakah dengan kabinet barunya TAMPIL MESRA mampu memenuhi harapan rakyat untuk memajukan Baubau? Ini soal penting yang harus dijawab. Sebab, harapan rakyat kepada pemimpin baru begitu besar, sebagai bukti baru sepekan menjabat masyarakat Lowulowu-Kolese sudah menagih janji politik yang pernah di tebar.

Setidaknya publik akan melihat 100 hari kerja pengganti DR Amirul Tamim ini memimpin Baubau. Apakah sesuai harapan, atau sebaliknya? Semua tergantung duet Tamrin-Maasra plus kabinetnya.

Apakah janji politiknya dipenuhi atau tidak? Lagi, semua tergantung duet Tamrin-Maasra plus kabinetnya.(***)