Minggu, 17 Maret 2013

La Hidi dan Budaya Mundur

DUA kali pelantikan pejabat yang dilakukan Walikota Baubau AS Tamrin, akhirnya makan korban. La Hidi SPd MPd, Kepala SMK Negeri 5 akhirnya mengundurkan diri, Jumat (8/3) lalu.

Pengganti Safrin tersebut praktis belum bisa merasakan empuknya kursi kepala sekolah (Kepsek). Pasalnya, sehari usai dilantik Kamis (28/2), keesokan harinya siswa SMK 5 atau yang biasa disebut SMK Pertanian tersebut langsung melakukan aksi mogok belajar.

Praktis selama sepekan aksi mogok belajar dilakukan siswa di satu-satunya sekolah kejuruan di Kecamatan Sorawolio tersebut. Sebelum akhirnya sang Kepsek mengundurkan diri.

Beberapa alasan yang membuat siswa ngotot menolak La Hidi, diantaranya, sang Kepsek latar belakang pendidikannya guru Bahasa Inggris sementara sekolah dipimpinnya SMK Pertanian. Terpenting, La Hidi merupakan warga Kaongkeongkea yang nota bene pernah bentrok dengan salah satu daerah di Sorawolio, sekitar 10 tahun lalu dan hingga kini masih menyimpan luka mendalam bagi warga setempat.

Akibatnya, aksi mogok terus berlanjut, meski sejumlah langkah mediasi terus dilakukan, namun tak juga menemukan jalan keluar. Soalnya, siswa sudah mematok harga mati persoalan tersebut, Kepsek diganti.

Di tengah jalan buntu itu, akhirnya sang Kepsek tidak memaksakan diri. La Hidi memilih  mengundurkan diri, karena memang hanya itu satu-satunya solusi.

Dari fakta empiris ini, kita tentu mengacungkan jempol kepada La Hidi. Mundur bukan berarti pengecut. Mundur juga berarti pahlawan bila dilakukan secara gentle untuk menyelesaikan persoalan.

Anas Urbaningrum misalnya, sebelum mundur dari Ketua DPP Demokrat, banyak yang menilainya minor. Namun setelah berhenti dari partai pemenang Pemilu tersebut, penilaian publik relatifnya berubah.

Maka itu, langkah La Hidi perlu ditiru pejabat lainnya, bila posisinya dalam suatu jabatan tertentu hanya menimbulkan masalah baru. Apalagi bila tekanan publik begitu kuat, maka hendaknya hal tersebut menjadi salah satu penilaian bahwa dari aspek kepatutan, sang pejabat mendapatkan resistensi atau penolakan dari masyarakat.

Walhasil, dari pada membebani pimpinan, lebih baik mundur teratur. Toh, dunia belum kiamat.(***)