Minggu, 28 April 2013

Membaca Visi Misi TAMPIL MESRA dari Bappeda (3-habis)

Tidak ada Zona Aman, Rapor jadi Panduan


SDM sebagai supra struktur penggerak program kerja Tamrin-Maasra harus memiliki kinerja yang terukur. Bagaimana Kepala Bappeda Baubau Sudjiton membuat kabinet TAMPIL MESRA agar tetap bekerja positif dan memiliki produktifitas tinggi untuk menghasilkan kesejahteraan rakyat?

Laporan: Irwansyah Amunu

--Apakah ada dana khusus yang disiapkan untuk ekonomi kerakyatan?

Saya kira harus ada nanti, karena itu head to head tadi, harus ada dong ya, menstimulasi kelompok-kelompok yang memang untuk sentuhan-sentuhan.

--Tapi angkanya belum?

Lagi kita coba-coba sortir ini.

--Modelnya seperti apa?

Dimodeli ya tentu.

--Namanya apa, mungkin supaya lebih keren? Lebih identik dengan rezim tertentu misalnya?

Saya kira nanti biar di Pak Wali nanti saja yang bahasakan. Tapi yang saya nangkap dari beliau, seperti itu tadi, tetap konsep bagaimana UKM ini tetap tumbuh dan berkembang dan pelan-pelan menikmati bagian kue besar pembangunan kota ini. Jangan sampai mereka banyak, tapi hanya menikmati bagian kecil dari kue besar itu. Karena itu kita yang masuk untuk menstimulasi.

--Invesasi tetap dijaga dan menembah enterpreneur baru?

Ya, enterpreneur-enterpreneur baru. Saya kira kata kuncinya enterpreneur, misalnya kita melatih 100 orang, kita dapat lima orang sudah bagus itu, kalau dia mandiri, bisa buka lapangan kerja, bisa memberi contoh pada yang lain. Kan bisa.


--Tadi sempat nyinggung pakta intergritas?

Saya kira untuk SDM birokrasi kita, ya bagaimana pun ini tuntutan kita berpemerintahan ke depan, birokrasi harus profesional. Dimulai dari penataan organisasi, kemudian individu-individu aparatur yang ada di organisasi itu. Tentu harus ada instrumen yang dimainkan agar pola peningkatan kapasitas aparatur itu betul-betul masuk di area yang benar. Maka itu dimulai dari sisi kami di Bappeda ini untuk membuat dokumen-dokumen perencanaan yang kemudian kita ada kayak pakta integritas, mengajak bagaimana ini kerja lho, kerja kita.

--Ada rapor yang dinial?

Kalau rapor yang dinilai kan pasti perhatian dari kepala unit kerja dan aparatur. Itu satu.

---Kalau rapor merah?

Ya itu dia... Kemudian tentu juga harus diiringi dengan pelatihan-pelatihan teknis, dan seterusnya supaya kapasitas aparatur dengan Tupoksi yang mereka emban di unit kerjanya, dia bisa peroleh.

--Tidak ada yang masuk dalam zona aman? Karena ada pakta integritas?

Saya kira tidak, ya. Dan itu sudah lebih rasional, obyektif, terukur. Dan pada saat seperti itu akan muncul aparatur-aparatur cerdas, aparatur-aparatur yang memang dihendaki dalam sistem tata keloloa pemerintahan yang moderen.

--Akan ada reward and punishment, bukan lagi like and dislike?

Saya kira nanti ke situ itu, dan instrumen ini saya kira beliau sudah mulai di arahkan ke situ, untuk SDM. Itu baru SDM aparatur, tentu saja yang selama ini kita sudah lakukan ada pelatihan-pelatihan fungsional, pelatihan-pelatihan penjenjangan, kemudian pengiriman pendidikan-pendidikan formal akan tetap menjadi kekuatan utama kita. Kemudian yang lain lagi, saya juga sudah dari Pak Wali, pendekatan-pendekatan ceramah-ceramah umum secara teknokratik dari pakar-pakar secara periodik akan selalu kita undang. Supaya memperbaharui cara berpikir kita di aparatur ini.

---Jangan hanya mengandalkan subyektifitas?

Ya. Sebab kalau hanya kita diaparatur kerja dengan yang teknis-teknis, saya kira tidak lama. Rupanya sudah ada ilmu baru lagi, yang dimensinya, kebutuhannya sudah berbeda dengan yang kita lakukan, itu kan biasanya dibawa para pakar-pakar, profesor.

--Ke luar negeri?

Ke luar negeri sekali-sekali saya pikir penting juga itu, karena kalau kita di aparatur itu lebih kuat kalau kita melihat dari pada membaca. Melihat lebih kuat dari pada membaca.

Kemudian di aparatur formal kependidikan kita, memang kita ini terus terang saja, kalau kita melihat bagaimana pergatian dari generaai ke genarasi baik untuk masyarakat apalagi sebagai aparatur ini kan pasti ada pergantian generasi. Generasi ini digodok dimana? Di pendidikan formal, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi. Jadi kalau hanya aparatur-aparatur yang diganti tanpa disiapkan aparatur-aparatur yang dididik di perguruan tinggi.

Oleh karena itu saya kira dipendidikan-pendidikan kita baik dari SD, SMP, SMA mulai kita perkenalkan dengan ilmu-ilmu yang memang nanti jadi kebutuhan-kebutuhan daerah. Maka itu kreatifitas, muatan-muatan lokal kita menjadi kreatif sekolah-sekolah untuk bagaimana nanti beradaptasi untuk kebutuhan-kebutuhan daerah kita. Termasuk perguruan-perguruan tinggi lokal kita, dengan fenomena pembangunan di kota dengan lingkungan kita, dengan mengarahkan kebutuhan ilmu saya kira, padahal dalam prakteknya seperti itu.

Yang ketiga, kadang-kadang kita tidak sadar, janghan hanya aparatur dengan pendidikan formal, masyarakatnya juga harus kita didik, bagaimana cara mendidik masyarakat? Agar mereka bisa. Ya tentu dengan regulasi, dengan iklim kondusdif. Kemudian kalau dia dikluster masyarakat nelayan, petani, ada di mana2, mereka juga harus dibekalkan dengan teknologi-teknologi, supaya mereka adaptasinya dengan perkembangan zaman lebih cepat. Misalnya di masyarakat petani kita, mereka ini harus ada stimulan-stimulan pendidikan yang berorientasi kepada pasar.

Misalnya kita fenomena di Baubau ini kan, namanya sayur mayur buah-buahan sudah banyak yang datang dari luar. Apa memang tanah disekitar kita kurang subur untuk tanam namanya pepaya, namanya macam-macam yang datang dari luar? Ini kan harus ada pendidikannya kepada masyarakat kita.

Nah, uji coba kita di SMK 5 sudah bagus sekali, pilot project. Bagaimana pendidikan itu? Ada anak-anak muridnya, kemudian mereka juga anak-anak dari petani yang ada di sana, mereka diperkenalkan dengan teknologi, disamping ada kebun-kebun percontohan, dan itu kebun-kebun hortikulturanya. Pulang ke rumahnya juga nanti jadi pioner-pioner untuk mulai merubah cara pandang atau cara kerja orang-orang tuanya bahwa bertani hortikultura yang lebih baik seperti ini.

---Terintegrasi?

Terintegrasi. Kemudian yang lainnya kita sekaligus menghambat ladang berpindah-berpindah, jadi masyarakat kita disekitar sini pola pendekatan kita, mungkin nanti ada pilot-pilot project atau kebun-kebun percontohan atau di pertanian ada denplot-denplot untuk percontohan sekaligus.

Tidak usah jauh-jauh, dia ke kota saja, namanya sayur mayur sudah datang dari luar. Kenapa tidak datang dari kita? Hanya 15 menit kita pergi ambil di sana, sudah tiba di sini. Dari Makassar sana lewat kontainer tentu unit costnya pasti akan lebih tinggi.

--Terakhir, kata sandi apa menjadi karakter dasar pemerintahan Tampil-Mesra di tahun pertama sebagai identitas yang mudah diekanali masyarakat?

Saya kira mungkin beliau. Karena itu kata sandi pimpinan tertinggi, artinya kita di Bappeda hanya ingin menggodok supaya masuk, kita pagari visi-misi walikota terpilih ini. Pertama, harus cocok dengan kaidah penulisan, sesuai dengan dokumen yang diamanahkan, sesuai dengan undang-undang.

Kedua, di tahun transisi 2013, tentu tahun transisi memulai exercise untuk bagaimana program-program itu menjadi jabaran visi misi walikota, terutama kalau saya mengambil yang paling dekat terutama di empat pilar strategi besarnya, sekarang sudah sekaligus kluster program-program kegiatan yang ada di SDM kira-kira di 2013 ini apa saja, dan dia ada tertitip di SKPD apa saja, demikian pula ini, ini dan seterusnya.

--Intinya ada kluster?

Sudah ada kluster program, supaya menjadi pagar.

--Jadi sistem inilah yang menjadi rambu-rambu?

Itulah, kalau keluar dari sistem bagaimana nanti kita mengevaluasi di akhir? Karena beliau pasti akan mempertanggungjawabkan nanti namanya laporan keterangan pertanggungjawaban, apa indikatornya? Indikator tadi pasti disandingkan dengan turunannya ini, nah kalau keluar dari sini, bagaimana dia keluar pagarnya?

--Yang jelas ada kontinuitas?


Ada kuntinuitas, jadi kata kuncinya kuntinuitas yang menjadi jabaran dari keterkaitan, konsistensi, keterukuran, dan kedalaman. Selalu kita lakukan pendekatan top down, buttom up, teknokratik, dan pendekatan politik. Nah, kalau nilai-nilai kita sudah lakukan seperti ini jaringannya, saya kira tak ada satu pun gagasan ide nanti terjabarkan dalam program yang tidak masuk dalam frame pembangunan daerah yang sudah terpagari.

---Tampil-Mesra Pak?

Hahahaha. ok.(selesai)