Minggu, 21 April 2013

UN: Celaka 13

UJIAN Nasional (UN) tahun ini betul-betul amburadul. Bagaimana mau mengharapkan pelaksanaan di daerah baik, bila di tingkat pusat saja sudah kacua balau.

Tidak salah mengutip komentar Ketua Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo yang menyatakan ini UN terjelek di dunia.

Di 11 provinsi diwilayah Indonesia Tengah, salah satunya Sultra, ditunda total. Belum lagi naskah soal UN disejumlah daerah terpaksa harus difotokopi. Amburadul.

Parahnya lagi, kendati sudah molor, di Sultra misalnya, seperti yang dialami Buton Utara, Kamis (18/4) lalu belum juga memulai ujian. Pasalnya, soal yang tiba di sana, baru 35 persen. Terpaksa pelajar harus gigit jari lagi.

Ironisnya lagi, lazimnya jadwal ujian sudah tertata dengan baik. Namun tahun ini, agenda ujian tidak bisa diyakini keabsahannya. Seperti yang dialami tiga SMK di Baubau, hari kedua UN, sedianya digelar pagi hari, karena soal tidak ada, terpaksa molor hingga usai salat Jumat.

Jangan heran, bila persiapan mental siswa ujian jadi anjlok. Ibarat handphone, mereka berada pada kondisi "lowbath".

Nah, dalam kondisi seperti ini, pastilah yang disalahkan adalah pihak pengambil kebijakan. Bagaimana mungkin agenda UN yang sudah lama terjadwal hancur lebur seperti sekarang. Apalagi ini merupakan agenda tahunan. Bukan kegiatan yang baru dilakukan.

Dengan pemandangan yang memiriskan hati ini, jangan salahkan bila hasil UN di 11 provinsi tidak sesuai harapan. Penyebabnya prosesnya tidak sesuai harapan. Dengan kata lain, output pastilah sejalan dengan input.

Kita berharap hal ini tidak lagi terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Jadikan keamburadulan UN tahun ini sebagai pelajaran yang tidak boleh lagi terulang. Namun demikian, bukan berarti kisah kelam UN tahun ini langsung tutup buku. Kebobrokannya harus ditelisik, kalau memang ada yang bersalah harus mempertanggunjawabkan secara hukum. Kemudian, kontraktor yang terlibat membuat UN harus diblacklist. Jangan hanya karena orientasi proyek lantas mengorbankan nasib ratusan ribu bahkan jutaan generasi penerus bangsa.

Cukuplah UN tahun 2013 (UN: Celaka 13) ini dikenang sebagai kisah kelam yang tak usah lagi diulang.
Semoga.(***)