Senin, 08 Juli 2013

Puasa dengan Keprihatinan

PUASA kali ini bakal dijalani berbeda oleh warga, khususnya kaum Muslim. Mengapa? Karena kita telah "dihadiahi" kenaikan harga BBM oleh pemerintah.

Kontan saja puasa bakal dijalani dengan keprihatinan. Pasalnya, di tengah lemahnya daya beli masyarakat, BBM dinaikkan. Suatu kebijakan yang tak berpihak ke rakyat.

Rakyat hanya diberikan Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) senilai Rp 150 ribu sebulan. Penerimaan perdana, diberikan untuk dua bulan, Rp 300 ribu.

Mungkinkah dengan uang sebanyak Rp 300 ribu bisa menangkal dampak kenaikan BBM yang langsung mengerek kenaikan semua komuditas? Mustahil. Sebab dana tersebut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kurang dari seminggu.
Padahal, kenaikan harga BBM akan berlaku terus menerus. Harga komuditas yang terlanjur naik, tidak mungkin turun lagi.

Persoalan lain, masih banyak warga miskin yang tidak tersentuh BLSM. Sebab, kenaikan BBM langsung menambah orang miskin baru. Sementara, rumah tangga sasaran (RTS) secara nasional hanya dibatasi 15,5 juta.

Jangan heran, bila disejumlah daerah, warga miskin yang tidak tersentuh BLSM langsung mencak-mencak mendatangi pemerintah daerah setempat. Seperti yang terjadi di Kantor Kelurahan Kaobula, Kecamatan Batupoaro, Kota Baubau, Sultra.

Nah, ditengah suasana keprihatinan tersebut, umat muslim bakal melakukan puasa Ramadan. Tak pelak, Ramadan kali ini akan dijalani dengan penuh keprihatinan.

Pendek kata, "hadiah" Ramadan yang diberikan pemerintah melalui kenaikan harga BBM,  sungguh terlalu. (Follow twitter: @irwansyahamunu)