Senin, 06 Januari 2014

Optimisme 2014 dari Batam (4): Berpikir Out of the Box

Catatan: Irwansyah Amunu


MODAL berharga yang saya petik selama Raker di Batam adalah perubahan cara berpikir. Tidak tanggung-tanggung, untuk sampai ke tingkatan itu, Rizal Ramli, mantan Menko Ekuin di era Presiden Gus Dur yang langsung memberi makan otak kita dengan materi berjudul Prospek Indonesia di tahun 2014.

Rizal membuka percakapan dengan menyatakan dalam dunia media, suatu program acara, semakin berani, semakin beresiko, maka ratingnya semakin tinggi. Karena itu, kunci sukses media di tahun 2014 adalah berani mengambil resiko, berani bertindak, dan berani berpikir out of the box. Menurutnya, orang yang berpikir un-conventional adalah yang mampu merubah dunia.

Sebagai contoh, Thomas Alfa Edison, mulanya disebut sebagai orang gila karena mengumpulkan cahaya di dalam bola lampu. Namun setelah percobannya sukses, penemuan tersebut digunakan banyak orang. Begitu pula dengan Graham Bell, yang membuat orang bercakap-cakap dihubungkan dengan kawat sepanjang 30 meter. Awalnya dinilai gila, namun kini temuannya berkembang secara revolusioner hingga berevolusi menjadi handphone.

Dari pengalaman itu, hanya kerja keras yang bisa merubah dunia. Yang paling penting lagi, bila kita berpikir biasa-biasa saja, maka fakta disekitar kita dianggap sebagai hal yang normal sehingga kita berpangku tangan. Namun bila menggunakan cara berpikir out of konteks, maka kita menganggap di sekeliling kita harus dirubah, dengan demikian akan melahirkan sesuatu yang luar biasa.

Nah, bicara soal berpikir diluar konteks, Rizal bercerita tentang pengalamannya ketika krisis tahun 1997 silam. Diakui, sebelumnya pada November 1996 ia sudah meramal bakal terjadi bencana ekonomi. Dia menyebut ekonomi Indonesia sedang dipayungi mendung. Tulisannya itu dimuat disejumlah koran nasional terkemuka.

Padahal, saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia sedang tinggi-tingginya. Karenanya, prediksinya tersebut dianggap mustahil. Salah satunya Ciputra, seorang konglomerat kakap. Ia tak menghiraukan prediksi Rizal, lantas mengambil kredit dalam jumlah besar dibidang perumahan. Taipan lainnya Mochtar Riady, pemilik Lippo ini mendengarkan saran Rizal Ramli.

Beberapa waktu berselang perkiraan Rizal menjadi kenyataan. Terjadi guncangan ekonomi Indonesia, akibatnya bisnis Ciputra dibidang real estate rontok. Syukurnya dia telah membeli tanah di Vietnam dengan harga murah, setelah rezim komunis tumbang harga tanahnya naik. Itulah yang digunakannya untuk membeli kembali asetnya pada masa krisis yang disita perbankan. Lain cerita dengan Mochtar Riady, karena dia menerima resep Rizal, bisnisnya relatif aman.

Hebatnya krisis tersebut, bukan hanya konglomerat yang rontok, tapi juga Presiden Soeharto yang berkuasa sekitar 32 tahun tumbang.

Demikian penjelasannya soal sejarah krisis ekonomi yang terjadi pada masa orde baru. Saat ini, Rizal menjelaskan, status ekonomi Indonesia berada pada kondisi "lampu kuning". Salah satu indikator yang jelas kelihatan, melemahnya rupiah terhadap dolar hingga Rp 12 ribu, bahkan bisa jadi menembus angka Rp 16 ribu per dolar.

Di matanya, pada akhir pemerintahannya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) akan meninggalkan warisan "bom waktu" berupa quatro-deficits. Jika tidak segera diatasi, tidak mustahil akan membawa Indonesia ke dalam jurang krisis seperti pada 1998 silam.

Quatro-deficits sekaligus, pertama, Defisit Neraca Perdagangan sebesar -U$6 miliar; kedua, defisit Neraca Pembayaran -U$9,8 miliar; ketiga, deficit Balance Of Payments -U$6,6 miliar pada Q1-2013; dan keempat, defisit APBN plus utang lebih dari Rp 2.100 triliun. 

Dia membeberkan, akibat quatro defisit itu, 10 grup perusahaan sudah mulai rontok, sementara pada 1998, yang kolaps sampai 200 grup.

Yang menarik, tahun 1998 saat krisis, ketika dia berkunjung ke pedalaman Sulawesi dia menemukan salah satu daerah masyarakatnya belum tersentuh listrik. Mereka tiba-tiba kaya mendadak karena kenaikan beberharga komuditas pertanian, dan kelautan disebabkan kenaikan harga dolar. Mereka rame-rame beli kulkas, tapi sebel karena listrik tidak ada, akhirnya kulkasnya digunakan untuk menyimpan baju.

Jadi, apa pun situasinya, kalau kita berpikir terobosan, out of the box, maka krisis adalah opportunity (peluang).(follow twitter: @irwansyahamunu)