Senin, 06 Januari 2014

Sindrom Jumat Keramat

JUMAT (3/1) lalu tampaknya merupakan hari keramat bagi sejumlah pejabat di Polda Sultra, Kota Baubau, dan Kabupaten Buton.

Betapa tidak, pada hari yang sama, tiga institusi tersebut melakukan mutasi sejumlah pejabatnya. Kalau di Buton mungkin tidak terlalu menjadi sorotan publik karena mutasi dilakukan sekadar perubahan nomenklatur instansi SKPD. Kemudian seperti biasa, sejumlah pejabatnya migrasi ke Baubau.

Namun, tidak demikian dengan pelantikan di Polda dan Pemkot Baubau. Entah terbawa dengan sindrom di Baubau, yang jelas Kapolresnya sejak Jumat telah berganti. AKBP Joko Krisdianto SIK, dicopot dari jabatannya digantikan AKBP Eko Wahyuniawan. Pencopotan Joko sejalan dengan keinginan sejumlah masyarakat, khususnya keluarga almarhum Aslin Zalim yang meninggal di tahanan Mapolres.

Paling seru, dan hingga kini menjadi buah bibir adalah mutasi dilingkup Pemkot Baubau. Pasalnya, rotasi jabatan yang dilakukan Walikota Tamrin merupakan perintah rekomendasi Irsus Kemendagri. Satu pejabat yang selama ini menjadi sorotan karena eks Napi korupsi, dr Zamri Amin SpOG lengser dari jabatannya sebagai Kepala RSUD Kota Baubau. Penggantinya dr Hasmudin SpPD yang notabene sebelumnya bertakhta di kursi eselon II sebagai Kadis Kesehatan.

Nah, fakta inilah yang terus menjadi perbincangan hangat. Memang benar, dr Zamri lengser, tapi efek dominonya dengan turunnya Hasmuddin ke level Direktur RSUD, mengundang segudang pertanyaan.

Jangan heran, kalau sehari setelah pelantikan, dewan langsung bereaksi. La Ode Abdul Munafi, legislator PBB menilai pelantikan itu kamuflase karena belum secara totalitas menindaklanjuti rekomendasi Irsus.

Apalagi, dalam pelantikan, Munafi mengatakan tiga kali Wawali Wa Ode Maasra Manarfa tidak ada. Inilah yang membuatnya meradang seraya menduga Baperjakat kembali tidak berfungsi. Walaupun kemudian hal itu dibantah Sekot Muhammad Djudul dengan mengatakan rekomendasi Irsus dilakukan secara bertahap.

Yang jelas, mutasi ke-5 kali ini melahirkan episode baru dalam duet Tamrin-Maasra karena Munafi menengarai keduanya sudah tidak "mesra" lagi. Penilaian ini bertolak belakang dengan akronim slogan mereka dalam menakhodai Baubau dengan sebutan: Tampil Mesra.

Bila diteruskan, kondisi ini tidak sehat bagi jalannya roda pemerintahan. Maka itu, kita berharap kedua pemimpin tersebut kembali "mesra" lagi. Sebab kekompakan keduanya merupakan kunci meraih kesejahteraan masyarakat. Semoga cita-cita ini bisa dicapai, jangan diganggu dengan pecah kongsi antara Tamrin-Maasra.      

Akhirnya, jumat keramat cukuplah berlaku di KPK, jangan sampai sindromnya berpengaruh sampai di Baubau.(follow twitter: @irwansyahamunu)