Senin, 03 Maret 2014

Pemekaran Maju Mundur

JEMU juga akhirnya kita membincangkan pemekaran Buton Tengah (Buteng) dan Buton Selatan (Busel). Sebab hingga kini seolah nasib dua calon daerah otonom baru (DOB) di jazirah Buton Raya ini hingga kini masih menggantung.

Padahal, ibarat buah, Buteng dan Busel sudah lama ditanam, jadi sekaranglah saatnya dipanen. Buteng dan Busel bukan buah yang dikarbit, tapi sudah masak di pohon, siap dipetik.

Maka itu, jangan heran bila masyarakat di Buteng dan Busel mudah terpantik bila mendengar pemekaran di daerah kesayangannya kandas. Apalagi bila melihat realitas politik yang ada, maju mundurnya pemekaran penuh dengan trik dan intrik politik tingkat tinggi.

Kenapa dikatakan maju mundur? Sebab pada satu kondisi dikatakan pembahasan pemekaran di Senayan sudah menandakan kemajuan, tapi pada keadaan berikutnya, mundur lagi. Yang bikin kita geleng-geleng kepala, Busel awalnya mulus-mulus saja tanpa kendala, tiba-tiba muncul masalah ibukota. Batauga ditentang. Elemen yang mempersoalkannya pun bikin kita mengernyitkan dahi.

Sebaliknya, Buteng yang dari penggagasannya persoalan ibukota merupakan masalah krusial, pada akhirnya satu kata. Labungkari jadi solusi.

Nah, untuk menjadikan pemekaran tidak maju mundur, hendaknya semua stakeholder memperjuangkan dengan penuh keikhlasan. Buang jauh-jauh kepentingan pribadi dan kelompok, utamakan kepentingan rakyat.

Dengan demikian janin DOB, Buteng dan Busel, lahir secara alami. Sebab, kalau dipaksa lahir dengan cara "di-cesar" pasti harganya lebih mahal.

Tapi pada akhirnya semua pilihan itu kembali ke tangan pemerintah dan rakyat. Secara alami atau "cesar", tinggal pilih. (follow twitter: @irwansyahamunu)