Adopsi Konsep Korea, Investor Arab Masuk
WAKATOBI dibawah kendali duet Hugua-Arhawi memang propagandanya sudah mendunia. Bagaimana perkembangannya kini setelah Drs Sudjiton MM masuk sebagai Sekab di sana? 

Laporan: Irwansyah Amunu dan Rusdin, Wangiwangi 


TANGAN dingin Sudjiton dalam menata daerah tidak diragukan lagi. Pengalamannya menjadi Kepala Bappeda Kota Baubau sudah membuktikan hal itu. Berikut petikan wawancaranya dengan wartawan koran ini setelah menjabat amanah baru di Kepulauan Tukang Besi.    


--Sebagai orang baru di Wakatobi yang menjabat sebagai Sekda, bagaimana bapak melihat konsep pembangunannya dalam konteks kekinian?

Sebenarnya kalau kita bicara mengenai bagaimana suatu daerah membangun dirinya tentu ada sejarah panjang kebelakang. Agar kita melihat secara utuh bagaimana suatu daerah berproses. Karena pembangunan berproses secara terus menerus untuk memperbaiki, memajukan, dan mengembangkan dirinya secara 
berkelanjutan ke depan. 

Saya baru kurang lebih enam bulanan disini, kita dipercayakan oleh pimpinan untuk menjadi sekretaris daerah, tentu saja kita memahami dulu tentang posisi kita. Posisi sebagai sekretaris daerah sebenarnya tugas pokoknya lebih kepada memformulasi kebijakan apa yang menjadi gagasan-gagasan besar pimpinan daerah yang tertuang dalam RPJMD sebagai visi misi. Kita sebagai sekretaris daerah tentu bagaimana menjabarkan itu, formulasi kebijakannya sampai ke implementasinya. 

Nah peran sekretaris daerah mengkoordinir, mengkoordinasikan tugas-tugas itu dalam implementasinya kepada unit-unit kerja yang ada, baik di badan, dinas, kantor termasuk bagaimana kolaborasi masyarakat. 

Wakatobi dengan visi yang ditetapkan pimpinan daerah, kemudian menjadi visi daerah karena sudah diperdakan, tentu saja seluruh warga daerah siapa pun harus memberi kontribusi bagaimana memerankan dirinya diseluruh sektor. Bidang apa saja warga berada tentu memberi kontribusi dalam penguatan terhadap visi Kabupaten Wakatobi. Visi kabupaten Wakatobi memang sangat filosofis, ideologis yaitu ingin dijadikan Wakatobi sebagai Surga Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia. 

Nah tadinya kita kan orang luaran dulu-dulunya. Hahaha.   Sekarang masuk ke dalam, dari luar dulu kita memaknai begitu jauhnya perspektif visi misi itu untuk suatu daerah. Kemudian apakah tidak sulit nanti untuk dibumikan agar program kegiatan betul-betul nanti secara akumulatif bersinergi dengan kekuatan-kekuatan yang lainnya, bisa berakumulasi kemudian mendekat kepada visi itu. 

Ternyata setelah saya disini bersama-bersama dengan beliua Pak Bupati sebenarnya tidak jauh menjadikan Wakatobi sebagai Surga Bawah Laut di Pusat Segitiga Karang Dunia. Tidak juga terlalu filosofis dan terlalu ideologis karena memang berangkat dari kekuatan yang dimiliki daerah ini. Kekuatannya sangat beralasan 
karena ketika kita sampaikan kata kuncinya Surga Bawah Laut bentuk kongkritnya seperti apa? Surga Bawah Laut artinya bagaimana setiap orang yang memahami konsep visi itu kemudian diturunkan, dijabarkan apa kongkritnya menjadi landasan dari Surga Bawah Laut, ternyata memang salah satu yang kita menjustifikasi itu keanekaragaman hayati yang ada di alam bawah laut Wakatobi. 

Jadi, pertama, dari 850 jenis terumbu karang di dunia, 750 jenis ada di Wakatobi. Di Laut Merah hanya kurang lebih 300, Karibia mungkin tidak sampai 100-an. Dan di mana-mana saya kira keaneragaman hayati di bawah laut kita termasuk yang paling kaya di dunia.      

Yang kedua, kita bulan Juli 2013 lalu oleh badan dunia PBB melalui UNESCO telah ditetapkan sebagai cagar biosfer bumi. Apa artinya itu, artinya keanekaragaman hayati tadi harus menjadi konsen dunia bahwa keunikan, ada endemik terhadap biota-biota yang 750 itu harus kita pertahankan. Dan itu bukan hanya menjadi 
tanggungjawab Wakatobi tapi juga nasional dan dunia. 

Ketiga, secara nasional kita ditetapkan sebagai taman nasional, karena keanekaragaman hayati tadi. Kemudian disekitar Wakatobi penuh karang-karang atol, konon terbesar di dunia. 

Kemudian kalau kita lihat dari posisi strategisnya, Wakatobi ini daerah lintasan ALKI 3 yang dari Australia sampai ke Asia Timur, ke China, Korea, Jepang. Dan dikaki ALKI 3 ini ada sub-sub tiga ALKI-nya lagi ke Arafura, kemudian di atasnya Timor, lalu ke selat antara Pulau Timor dengan pulau-pulau lain disitu, jadi kayak kakinya tiga itu.

Apa artinya semua ALKI ini? Artinya kalau diibaratkan aksesibilitas ini kan lalu lalang, kemudian Wakatobi ada di pas titik kaki tiganya. Nah ini, kemudian dari sisi pergerakan arus, diantara Wangiwangi dan ujung Lasalimu arusnya paling kencang, dan paling banyak memproduksi plankton. Plankton makanan ikan, jadi sampai kapan pun ikan disekitar perairan Wakatobi tidak akan pernah habis. Artinya keanekaragaman bawah laut yang makna surga bawah laut harus kita dudukan disitu. 

Nah, kedua, tentunya yang didarat yah, saya kira eks Kesultanan Buton ini kaya dengan nilai-nilai adat istiadat norma-norma nilai-nilai sosial yang juga harus kita letakkan pada landasan paling dasar agar untuk bagaimana konsep-konsep pembangunan yang kita bangun. Karena dunia sekarang ini era kapitalis sudah lewat, era teknologi saya kira juga sudah mulai pada titik sudah mulai menurun, era informasi juga saya kira. Sekarang ini era civilisasi yang nanti akan membentuk peradaban baru dan dudukannya dipengangkatan mengagungkan nilai-nilai atau kearifan-kearifan lokal dan itulah nanti yang akan memperpanjang kehidupan manusia ke depan. Karena itu hakekak manusia hidup sebenarnya dinilai-nilai dan adat istiadat tadi yang menjadi civilisasi kemudian menjadi peradaban. Nah ketika ini duduk dan menjadi kekuatan membangun suatu daerah, maka ekonomi nanti akan ikut di belakangnya. 

Jadi kita konsepnya sekarang bukan membangun ekonomi dulu kemudian bagaimana sosial budaya ditarik, itu pasti akan mengalami hambatan-hambatan. Tapi kalau civilisasi membentuk suatu peradaban, ekonomi pasti akan ikut. Contoh-contoh itu sudah kita lihat misalnya bagaimana Korea, India sekarang dia letakkan dalam konsep kearifan lokal mereka, teknologinya, sumber daya manusianya terbentuk dari peradaban yang berlandaskan kepada kearifan lokal yang dimiliki bangsa itu.

Kita di Wakatobi, saya kira Pak Ir Hugua secara arif sudahmenggiring ke situ dan meletakkan bagaimana bio diversity, kekayaan alam dan sosial budaya menjadi landasan di bawah, inilah yang nantinya membentuk civilisasi dan peradaban. Pada saat itu daerah ini akan bergerak maju. 

Nah tentu kita melihat fenomena masyarakat hari ini dan eksploitasi kekayaan, tentu saja tidak bisa kita elakan bahwa memang kalau kita posisikan ini dalam posisi strategis, kemudian mempunyai link-link koneksivitas dengan daerah lain, pelaku-pelaku yang sebenarnya warga masyarakat Wakatobi.(***)