Minggu, 06 April 2014

Lagu Lama Jualan Pemekaran



SELAMA masa kampanye Caleg, hampir kita tidak mendengar program yang disampaikan para kontestan Pemilu. Entah karena sudah terlalu banyak janji diumbar dan belum ada yang terealisir, namun yang terjadi  keramaian paling terasa hanya dalam bentuk konvoi kendaraan, dan goyang artis.

Kalaupun ada janji diberikan, paling banter yang dilontarkan adalah pemekaran. Mulai dari Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Buton Selatan (Busel), hingga Provinsi Buton Raya. Ya, inilah lagu wajib yang kerap kali didendangkan mereka untuk menarik simpati pemilih agar berjoget bersamanya.

Memang pemakaran menjadi jualan paling laku untuk dihembuskan kepada pemilih di jazirah Buton Raya. Dan segala macam bumbu juga digunakan mereka untuk membuat racikannya dikonsumsi rakyat.

Sayangnya jualan pemekaran ini seolah menjadi lagu lama yang hanya dinyanyikan setiap para politisi punya syahwat untuk berkuasa. Entah itu melalui Pilkada maupun Pileg.

Namun setelah kursi direngkuh mereka mengidap penyakit amnesia. Lupa bahwa mereka pernah berucap. Lupa bila mereka sebanarnya punya kuasa untuk menggolkannya ketika duduk di singgasana kekuasaan, namun tuah itu tidak digunakan.

Malah yang terjadi, selama masa kampanye ini sesama mereka, para Caleg atau antar partai saling menuding. Menyalahkan memang mudah dilakukan, yang sulit kerja nyata untuk mewujudkannya. Sebab menyalahkan tidak butuh tenaga sementara bekerja perlu energi banyak.

Padahal, bicara soal perwujudan pemekaran begitu mudahnya. Sebab, sudah ada surat yang diteken Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan Buteng dan Busel prioritas. Harus tuntas sebelum pembahasan 65 daerah otonom baru (DOB) yang belum lama ini disodorkan DPR RI. Bayangkan, sekaliber 01 RI sudah turun tangan. Namun kenapa keduanya begitu sulit terwujud?

Maka itu, Pileg kali ini pemilih harus cerdas menggunakan hak konstitusinya. Kepada siapa mereka wakilkan suaranya. Apakah memang ada Caleg yang benar-benar memperjuangkan aspirasi rakyat? Memilih atau tidak? Ingat, hanya keledai yang terperosok di lubang yang sama untuk kedua kalinya. (follow twitter: @irwansyahamunu)