Minggu, 20 April 2014

Siap Menang, (tidak) Siap Kalah

PENCOBLOSAN sudah berakhir, nama-nama yang bakal menduduki kursi legislatif sudah bisa diprediksi. Kendati beberapa TPS ada yang melakukan penghitungan suara ulang, namun figur yang bakal melenggang di kursi dewan sudah bisa ditebak.

Alhasil, pasca-pemungutan suara ini, kontestan Pemilu yang terpilih sudah ada yang berpesta, sedangkan bagi yang kalah mengelus dada. Memang dalam sebuah pertandingan, tidak mungkin semua peserta menang, tapi ada juga yang kalah.

Nah, untuk menjunjung nilai-nilai sportifitas, sebelum hari H Coblosan Rabu (9/4) lalu, semua kontestan Pemilu sudah mentasbihkan deklarasi Pemilu damai, siap menang, siap kalah. Sayangnya hal itu hanya terpatri di atas kertas, tapi realisasinya masih sulit terwujud.

Terbukti, saat ini oknum Caleg yang kalah, depresi karena banyak modal yang digelontor, tapi suaranya gembos. Lebih parah lagi, ada yang stres hingga gila karena uang habis, bahkan minus sedangkan kursi tak bisa diraih.

Dari fenomena ini, kita jadi geli kalau misalnya Kesbang dan Panwaslu Baubau menyatakan tidak menemukan politik uang. Sementara, rata-rata Caleg yang berkompetisi diduga menyiapkan amunisi untuk "serangan fajar".

Jadi, bila setelah pesta demokrasi usai, nilai-nilai deklarasi siap menang, siap kalah sulit diwujudkan karena memang dari awal prosesnya dilakukan secara negatif. Jika inputnya negatif, prosesnya negatif, jangan mimpi hasilnya positif. Sebab hasil positif diraih bila proses dan inputnya juga positif.(follow twitter: @irwansyahamunu)